Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

China: Rencana AS Mundur dari Perjanjian Senjata Nuklir adalah Pemerasan

Kompas.com - 23/10/2018, 20:22 WIB
Agni Vidya Perdana

Penulis

Sumber AFP

BEIJING, KOMPAS.com - Presiden Amerika Serikat Donald Trump turut menyebut China dalam alasan keputusannya menarik diri dari kesepakatan senjata nuklir dengan Rusia.

Menanggapi pernyataan Trump, China memperingatkan tidak akan pernah tunduk pada ancaman dan menyebut ucapan Trump sebagai bentuk pemerasan.

"Sekarang setelah Amerika Serikat ingin secara sepihak menarik diri dari perjanjian, mereka mulai secara tak pantas berbicara tentang negara lain," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Hua Chunying, Selasa (23/10/2018).

Baca juga: AS Berencana Akhiri Perjanjian Senjata Nuklir Era Perang Dingin dengan Rusia

"Pendekatan yang menyalahkan kepada pihak lain ini sama sekali tidak dapat dibenarkan dan tidak masuk akal," kata Hua dilansir AFP.

Hua menambahkan, China selalu menerapkan kebijakan pertahanan nasional yang defensif dan tidak akan pernah menerima segala bentuk pemerasan.

"Kami tidak akan pernah menerima segala bentuk pemerasan," kata Hua menegaskan.

Perjanjian Persenjataan Nuklir Jarak Menengah (INF) ditandatangani pada era Perang Dingin oleh Presiden AS Ronald Reagan dan Pemimpin Uni Soviet Mikhail Gorbachev pada 1987.

Kesepakatan INF melarang negara penanda tangan dalam pengembangan rudal nuklir yang mampu menjangkau jarak 500 hingga 5.500 kilometer.

China bukan termasuk dalam negara penanda tangan namun Trump merasa negara itu seharusnya ikut dimasukkan dalam perjanjian itu.

Baca juga: Trump: AS Akan Bangun Senjata Nuklir untuk Tekan Rusia dan China

Trump sebelumnya memperingatkan bahwa negaranya akan meningkatkan senjata nuklir untuk menekan Rusia dan China, serta bakal membangun persenjataan nuklir hingga seluruh dunia mengetahuinya.

"Sampai orang-orang sadar, kami akan membangunnya," kata Trump kepada wartawan di Gedung Putih, Senin (22/10/2018), mengacu pada persenjataan nuklir AS.

"Ini ancaman bagi siapa pun yang ingin terlibat termasuk China, Rusia, serta lainnya yang ingin ikut serta," ucapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com