Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Selain Venezuela, Jerman hingga Yunani Juga Pernah Alami Hiperinflasi

Kompas.com - 24/09/2018, 13:20 WIB
Ervan Hardoko

Penulis

Sumber BBC

KOMPAS.com — Saat ini, Venezuela sedang dicengkeram sebuah masalah buruk yang bernama hiperinflasi. Kondisi di Venezuela ini dianggap yang terburuk semenjak Perang Dunia II berakhir.

Guru Besar Ilmu Ekonomi Terapan Universitas John Hopkins, Baltimore, AS, Profesor Steve Hanke mengatakan, harga bahan pokok di negeri itu meroket sejak Agustus lalu dengan level kenaikan sebesar 65.000 persen setahun.

Di bawah pemerintahan Nicolas Maduro, inflasi Venezuela mencapai 150 persen per bulan.

Baca juga: Presiden Venezuela akan Minta Rp 7 Triliun pada PBB untuk Pulangkan Warganya

Sebuah negara mengalami hiperinflasi jika rerata inflasi lebih dari 50 persen dan bertahan lebih dari 30 hari berturut-turut.

Saat ini Venezuela adalah satu-satunya negara yang mengalami hiperinflasi. Namun, banyak negara lain yang pernah mengalami masalah sama, berikut lima di antaranya.

1. Hungaria (1946)

Pengo, mata uang Hungaria pasca-Perang Dunia II yang kehilangan nilainya akibat hiperinflasi.BBC Pengo, mata uang Hungaria pasca-Perang Dunia II yang kehilangan nilainya akibat hiperinflasi.
Inflasi harian: 207 persen

Harga naik dua kali lipat setiap 15 jam.

Pada Juli 1946, angka inflasi di Hungaria mencapai 41.900 triliun persen per bulan sekaligus menjadi episode hiperinflasi terburuk sepanjang sejarah dunia.

Kondisi ini diperparah dengan kenaikan harga bahan pokok dua kali lipat setiap 15 jam.

Artinya, berapa pun uang yang dimiliki rakyat di malam hari hanya berharga setengahnya saat matahari terbit.

Saat itu pecahan uang terbesar di Hungaria adalah 1 kuintilion pengo, satu kuintilion adalah angka 1 diikuti 12 angka nol di belakangnya.

Baca juga: Hiperinflasi di Venezuela, Harga Ayam Pun Capai 14 Juta Bolivar

Penyebab ambruknya ekonomi Hungaria adalah Perang Dunia II. Konflik bersenjata itu menghapus 40 persen kekayaan negeri itu dan 80 persen ibu kota Budapest hancur lebur.

Jalan raya dan infratruktur perhubungan hancur dan pemerintah  Hungaria dipaksa membayar kompensasi perang yang amat besar karena berpihak di sisi yang kalah dalam perang itu.

Pada 1 Agustus 1946, pemerintah mengadopsi sebuah program stabilisasi radikal termasuk di dalamnya reformasi pajak, mengumpulkan aset berupa emas di luar negeri, serta pengenalan mata uang baru yaitu forint.

Halaman:
Sumber BBC
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com