Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Siaran TV, Mantan Staf CIA Ancam Cekik Barack Obama

Kompas.com - 10/09/2018, 12:35 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber Newsweek

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Seorang mantan karyawan Badan Intelijen Pusat Amerika Serikat (CIA) mengancam mantan Presiden Barack Obama.

Dilansir Newsweek Minggu (9/9/2018), Kris "Tanto" Paronto merupakan karyawan kontrak CIA yang bertugas ketika pecah serangan di konsulat Benghazi, Libya, pada 2012.

Serangan yang dilakukan kelompok Anshar al-Sharia itu menewaskan Duta Besar AS untuk Libya Christopher Stevens.

Baca juga: Seorang Tersangka Penyerangan Konsulat AS di Benghazi Ditangkap

Dalam wawancara dengan Fox News, dia mengomentari pernyataan Obama yang menyebut investigasi kasus Benghazi oleh Partai Republik bermotif politik.

Paronto menjelaskan dia begitu muak dengan ucapan yang diutarakan mantan presiden yang menjabat pada 2009 hingga 2017 tersebut.

"Saya hanya ingin tangan saya menembus layar televisi, dan memegangnya, kemudian mencekiknya," kecam Paronto.

Mantan anggota Ranger AS itu menyebut Obama merupakan hal yang memalukan dan mengucapkan perkataan yang menyinggung.

"Saya berharap dia datang dan duduk di depan saya tanpa dikelilingi oleh Secret Service," ujar Paronto kembali.

Kris Tanto Paronto (kiri) bersama seorang host Kevin Frazier di Dallas, Amerika Serikat, pada 12 Januari 2016. Tanto adalah mantan staf kontrak CIA yang bertugas kala serangan di konsulat Benghazi, Libya, di 2012.AFP/GETTY IMAGES NORTH AMERICA/Mike Windle Kris Tanto Paronto (kiri) bersama seorang host Kevin Frazier di Dallas, Amerika Serikat, pada 12 Januari 2016. Tanto adalah mantan staf kontrak CIA yang bertugas kala serangan di konsulat Benghazi, Libya, di 2012.

Pembawa acara Pete Hegseth lalu memperingatkan Paronto karena sudah mengancam mantan kepala negara. Namun Paronto tak menggubris.

"Ketika masih menjadi kandidat presiden, Donald Trump berulang kali melancarkan kritikan kepada Obama atas insiden tersebut.

Kecaman paling utama diarahkan kepada lawan politiknya di Pilpres 2016, Hillary Clinton, yang pada 2012 menjabat sebagai Menteri Luar Negeri.

Namun, 10 penyelidikan, enam di antaranya dipimpin politik Republik, tidak menemukan adanya pelanggaran yang dilakukan Clinton maupun pejabat Obama lainnya.

Kritikan itu mendapat respon dari Dr Anne Stevens, saudara Christopher yang bertindak sebagai juru bicara keluarga.

Anne meminta insiden Benghazi tidak dijadikan bahan politik. Dua juga tak menyalahkan Clinton maupun mantan Menteri Pertahanan Leon Panetta.

"Mereka menyeimbangkan upaya keamanan yang terjadi di kedutaan dan berbagai misi di seluruh dunia. Staf mereka berusaha memberi yang terbaik," kata Anne.

Baca juga: Komandan Milisi Libya Saat Tragedi Benghazi Disidang di Washington

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Newsweek
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com