Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

NATO: Al Qaeda Berupaya Rebut Kembali Posisi sebagai Kelompok Militan Internasional

Kompas.com - 05/09/2018, 14:28 WIB
Agni Vidya Perdana

Penulis

Sumber Al Arabiya

HERZLIYA, KOMPAS.com - Kelompok ekstremis Al Qaeda disebut tengah berupaya merebut kembali posisi sebagai pemimpin kelompok militan internasional, setelah jatuhnya ISIS.

Pernyataan tersebut disampaikan seorang pejabat senior NATO, Arndt von Loringhoven, yang melihat potensi peningkatan risiko ke negara-negara Barat dari persaingan kedua kelompok itu.

Wakil sekretaris jenderal NATO untuk bidang intelijen dan keamanan itu mengatakan, ISIS masih tetap mempertahankan sejumlah kekuatan personel, meski telah dinyatakan kalah oleh pemerintah Irak maupun Suriah.

"Pelemahan ISIS telah memberi kesempatan kepada Al Qaeda untuk merebut kembali status lamanya," kata Loringhoven dalam konferensi keamanan di Perguruan Tinggi IDC Herzliya Israel, Selasa (4/9/2018).

"Saat ISIS mendapatkan perhatian dunia selama empat hingga lima tahun terakhir, Al Qaeda telah membangun kembali jaringan dan kemampuan globalnya secara diam-diam," tambahnya dilansir Al Arabiya.

Baca juga: Bantu Teror Bom Al Qaeda, Pria AS Dijatuhi Hukuman 45 Tahun Penjara

Loringhoven menyebut aktivitas kelompok militan itu dapat ditemukan di Kashmir, Afghanistan, Suriah, Yaman, Somalia dan Afrika Utara.

"Namun tidak seperti ISIS, tujuan strategis Al Qaeda adalah mendapatkan kembali kepemimpinan militan dan ekstremis yang sepaham."

"Kini kompetisi untuk legitimasi, afiliasi, dan perekrutan di antara dua kelompok ekstremis itu berpotensi meningkatkan ancaman terorisme terhadap NATO dan rekan sekutu kami," kata Loringhoven.

Al Qaeda mulai meredup sejak pemimpinnya, Osama bin Laden, terbunuh di tempat persembunyiaan di Pakistan dalam operasi yang dilancarkan AS pada 2011.

Tiga tahun berselang, ISIS muncul dengan basis utama di Irak dan Suriah. Namun saat ini kekuatan mereka semakin berkurang setelah terusir dari dua negara itu berkat dukungan dari berbagai koalisi asing.

NATO memperkirakan kekuatan ISIS saat ini hanya sekitar 20.000 anggota yang tersebar di sekitar Irak dan Suriah, serta bergerak secara diam-diam.

Baca juga: Lithuania dan Romania Terbukti Bantu CIA Siksa Anggota Al Qaeda

Loringhoven mengatakan kekhawatiran lainnya adalah upaya kelompok ISIS yang kini menggunakan propaganda untuk meradikalisasi perempuan dan anak di bawah umur.

"Hal ini memungkinkan meningkatkan keterlibatan perempuan dan anak-anak dalam rencana dan aksi teror mereka, termasuk di negara-negara NATO," ujarnya.

Loringhoven juga memperingatkan kemungkinan penggunaan senjata kimia atau biologis buatan, atau bahkan drone komersial dalam serangan yang dilancarkan kelompok ISIS.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Al Arabiya
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com