Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jaksa di Saudi Berupaya Hukum Mati Ulama yang Kritik Pemerintah

Kompas.com - 05/09/2018, 13:54 WIB
Veronika Yasinta

Penulis

RIYADH, KOMPAS.com - Jaksa penuntut umum Arab Saudi sedang mengupayakan hukuman mati terhadap seorang ulama terkemuka yang mengkritik cara negara monarki itu diperintah.

Demikian laporan dari sejumlah media pemberitaan di Saudi, dan pernyataan putra ulama tersebut seperti diwartakan New York Times, Selasa (4/9/2018).

Persidangan terhadap ulama Salman al-Awda (62) itu digelar menyusul kebijakan Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman, yang menangkap ulama, aktivis, pangeran, dan pengusaha.

Persidangannya digelar di Pengadilan Pidana Khusus di Riyadh pada Selasa lalu. Dia menghadapi 37 dakwaan, termasuk menyebabkan perselisihan publik, melawan penguasa, dan aktif dalam Ikhwanul Muslimin.

Baca juga: Arab Saudi Dikabarkan Tangkap Seorang Ulama Garis Keras

Putra Al-Awda, Abdullah, mengatakan sang ayah diperbolehkan menggunakan jasa pengacara.

"Sekarang mereka membalas dendam terhadap semua kesertaannya dan kegiatan aktivis, serta sikap blak-blakannya," ucapnya.

"Setiap orang yang memiliki kewenangam dan boleh berbicara, mereka (pemerintah) akan membungkamnya sehingga dia tidak bisa mengkritik," imbuhnya.

Peneliti dari Human Rights Watch, Adam Coogle, menilai penangkapan al-Awda dan banyak lainnya cenderung berkaitan politik.

"Jika Anda melihat tuduhannya, itu jelas motif politik," Coogle.

Menurutnya, hal yang sangat jarang bagi jaksa yang mengupayakan hukuman mati untuk kasus seperti itu.

"Saya tidak tahu bagaimana lagi Anda bisa memandang ini, tetapi jelas sebagai eskalasi terhadap para pembangkang dan aktivis Saudi," ucapnya.

Al-Awda merupakan tokoh keagamaan kerajaan Saudi selama beberapa dekade. Dia dikenal karena menjaga jarak dengan pemerintah. Padahal, banyak ulama di negara tersebut yang memilih menjadi corong pemerintah.

Pada 1990-an, dia makin populer ketika melakukan gerakan konservatif "Kebangkitan" dan mengkritik pemerintah Saudi, termasuk perihal mengizinkan pasukan Amerika Serikat memasuki kerajaan selama Perang Teluk Persia pada 1991.

Baca juga: Saudara Raja Salman Kritik Peran Kerajaan Saudi dalam Perang di Yaman

Kegiatan aktivisnya membuat dia dijebloskan ke penjara selama hampir lima tahun.

Setelah pecahnya Kebangkitan Dunia Arab atau Arab Spring pada 2011, dia menyerukan pemilihan dan pemisahan kekuasaan.

Namun, pada akhir-akhir ini dia menghindari berkomentar mengenai politik di depan umum. Dia lebih berfokus pada hal-hal rohani.

Sebagai informasi, Al-Awda telah menerbitkan sejumlah buku agama dan memiliki lebih dari 14 juta pengikut di Twitter.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com