Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Tengah Krisis, Turki Naikkan Harga Gas Alam hingga 14 Persen

Kompas.com - 02/09/2018, 19:06 WIB
Veronika Yasinta

Penulis

ANKARA, KOMPAS.com - Di tengah krisis keuangan yang kian mendalam, Turki dilaporkan telah menaikkan harga gas alam sebesar 14 persen pada Sabtu (1/9/2018).

Demikian pernyataan dari dua sumber seperti kepada Reuters, seperti dikutip dari Al Arabiya.

Operator pipa negara, Botas, menaikkan harga gas alam sebesar 14 persen untuk keperluan industri, dan 9 persen untuk penggunaan rumah tangga.

Namun, pejabat perusahaan Botas tidak bersedia untuk mengomentari laporan tersebut.

Pada bulan lalu, Botas telah meningkatkan harga gas alam untuk produksi listrik sebesar 50 persen dan 9 persen untuk penggunaan rumah tangga.

Baca juga: Erdogan: Turki akan Percepat Proses Pembelian S-400 dari Rusia

Turki bergantung pada impor pada hampir semua kebutuhan energinya, sementara krisis lira telah meningkatkan biaya kebutuhan.

Seperti diketahui, mata uang lira telah jatuh 42 persen terhadap dollar AS pada tahun ini. Para ekonomi mengkhawatirkan tentang ketidakmampuan bank sentral untuk mengendalikan inflasi.

Sebagai informasi, hampir sepertiga dari total produksi listrik di Tukri yang mencapai 293 miliar megawatt berasal dari pembangkit listrik tenaga gas alam pada 2017.

The Sunday Express melaporkan, ekonom memperkirakan data inflasi yang akan dipublikasikan pada Senin (3/9/2018) akan menunjukkan tingkat krisis ekonomi Turki yang memburuk.

"Ini akan memaparkan bukti pertama yang sulit dari dampak jatuhnya lira bulan ini pada ekonomi secara lebih luas," kata Ekonom dari Capital Economics, Jason Tuvey.

Terkait sanksi perdagangan oleh Amerika Serikat kepada Turki, sebelumnya Menteri Keuangan Turki Berat Albayrak menilai sanksi itu dapat menggoyahkan Timur Tengah.

Menurut dia, sanksi pada akhirnya akan mendorong terorisme dan krisis pengungsi kian memburuk.

"Langkah yang diambil dengan motivasi politik tidak hanya akan berdampak pada sistem keuangan global, tapi juga perdagangan global dan stabilitas regional," katanya pada 27 Agustus lalu.

Baca juga: Jika AS Berpikir Mereka Bisa Seenaknya, Maka Turki Bakal Membalas

Sanksi akan berkontribusi pada masalah yang kacau yang menjadi asupan bagi terorisme dan juga krisis pengungsi," ucapnya.

Perselisihan antara kedua negara tersebut dipicu oleh penahanan seorang pendeta asal AS Andrew Brunson oleh Turki atas tuduhan terlibat kudeta pada 2016.

Dampak penerapan sanksi penggandaan tarif impor aluminium dan baja kepada Turki menyebabkan jatuhnya nilai tukar lira terhadap dollar AS.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com