Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Biografi Tokoh Dunia: Pervez Musharraf, Jenderal dan Presiden Pakistan

Kompas.com - 13/08/2018, 22:23 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

KOMPAS.com - Pervez Musharraf merupakan seorang pemimpin militer yang kemudian menjadi Presiden Pakistan periode 2001 sampai 2008.

Dia mendapatkan kekuasaannya setelah melangsungkan kudeta melawan Perdana Menteri Nawaz Sharif pada 1999.

Setelah menjadi Presiden Pakistan, dia menjadi pemain kunci dalam koalisi pimpinan Amerika Serikat (AS) membasmi terorisme.

Dilansir dari berbagai sumber, berikut merupakan biografi dari jenderal yang menjadi presiden kesepuluh Pakistan itu.

Baca juga: Status Cekal Dicabut, Pervez Musharraf Tinggalkan Pakistan

1. Masa Kecil
Musharraf lahir pada 11 Agustus 1943 dari sebuah keluarga berbahasa Urdu di Delhi ketika masih bernama British India.

Keluarganya merupakan tokoh berpengaruh, Muslim Sunni yang merupakan Sayyid, atau keturunan dari Nabi Muhammad.

Ayahnya, Syed Musharrafuddin, menjadi pegawai sipil yang termasuk profesi elite di British India setelah lulus dari Universitas Muslim Aligarh.

Ketika Musharraf berusia empat tahun, India merdeka dan Pakistan baru saja dibentuk. Pada Agustus 1947, keluarga Musharraf pindah ke Pakistan.

Syed Musharrafuddin bergabung dengan Kedinasan Sipil Pakistan, dan bersama Kementerian Luar Negeri mendapat penugasan ke Turki.

Pada 1949, keluarga Musharraf pindah ke Ankara pada 1949. Pervez muda tinggal di ibu kota Turki itu hingga 1956, dan kembali ke Pakistan setahun kemudian.

Di Pakistan, Musharraf bersekolah di Saint Patrick Karachi, dan melanjutkan ke Universitas Kristen Forman di Lahore.

Baca juga: Pengadilan Pakistan Izinkan Musharraf ke Luar Negeri

2. Karir Militer
Di 1961 ketika berumur 18 tahun, Musharraf masuk ke Akademi Militer Pakistan (PMA) di Kakul yang dikenal sangat prestisius.

Selama tes masuk di PMA, dia berbagi kamar dengan Parvaiz Medhi Qureshi (PQ) Mehdi dan Abdul Aziz Mirza yang selanjutnya sama-sama meraih bintang empat.

Setelah lulus pada 1964, Musharraf yang memiliki pangkat Letnan Dua ditempatkan di Resimen Artileri Perbatasan India-Pakistan.

Di 1965, dia nyaris menghadapi sidang militer atas tuduhan pergi tanpa izin ketika Perang Kashmir Kedua antara India dan Pakistan pecah.

Pengalaman perang pertamanya didapat ketika resimen artileri terlibat bentrok sengit di sektor Khemkaran. Dia juga pernah berperang di front Lahore dan Sialkot.

Selama perang, Musharraf mendapatkan reputasi sebagai tentara yang tetap bertahan di posnya meski ditembaki dan mendapat Medali Imtiazi Sanad atas kegagahannya.

Setelah perang, Musharraf terpilih belajar di sekolah pasukan khusus atas rekomendasi komandannya di Sialkot.

Baca juga: Pervez Musharraf Lolos dari Upaya Pembunuhan

Setelah berhasil menyelesaikan tes dan pelatihan fisik yang sulit, dia diterima menjadi bagian elite Grup Pasukan Khusus (SSG).

Dia berdinas di SSG pada 1966 hingga 1972. Saat itu, pangkatnya dinaikkan dari Kapten sebelum dipromosikan menjadi Mayor.

Ketika India dan Pakistan kembali berperang di 1971, Musharraf menjabat sebagai komandan kompi komando batalion SSG.

Dia sempat berencana ditempatkan dalam operasi gabungan Angkatan Darat dan Angkatan Laut di Pakistan Timur.

Namun, penempatannya tak jadi seiring tentara India yang berhasil merangsek masuk melalui kawasan selatan Pakistan.

Pada dekade 1980-an, Musharraf yang telah menjadi Kolonel mempelajari Ilmu Politik di Universitas Pertahanan Nasional (NDU).

Dia didapuk sebagai asisten profesor Studi Perang di Sekolah Staf dan Komando serta NDU. Di 1990-1991, dia belajar di Universitas Kerajaan Studi Pertahanan di Inggris.

Karir Musharraf terus melejit. Pada 1980-an, dia adalah komandan brigade artileri. Kemudian di 1990, dia ditempatkan di Divisi Infanteri dengan pangkat Mayor Jenderal.

Kemudian dia menjabat sebagai wakil sekretaris militer dan direktur jenderal operasi militer, serta pernah memimpin pasukan khusus.

Baca juga: Pervez Musharraf Dijerat Dakwaan Pengkhianatan

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com