Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PM Rusia: Georgia Gabung NATO Bisa Picu Konflik Mengerikan

Kompas.com - 08/08/2018, 17:41 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

MOSKWA, KOMPAS.com - Rusia memperingatkan Georgia untuk tidak menerima tawaran bergabung dari Organisasi Pertahanan Atlantik Utara (NATO).

Perdana Menteri Dmitry Medvedev mengungkapkannya dalam peringatan 10 tahun Perang Russo-Georgia, dilansir The Independent Selasa (7/8/2018).

Perang yang terjadi pada 7-12 Agustus 2008 itu merupakan usaha Georgia untuk memadamkan pemberontakan di Ossetia Selatan dan Abkhazia yang didukung Rusia.

Baca juga: Indonesia Tingkatkan Hubungan Bilateral dengan Georgia

Perang tersebut menelan 730 korban tewas baik dari kalangan militer maupun sipil dengan hasil Rusia mengakui kemerdekaan keduanya.

Dalam wawancara dengan Radio Kommersant FM, Medvedev yang saat perang menjabat sebagai presiden menyebut tawaran dari NATO "ancaman terhadap perdamaian".

Dia menjelaskan konflik teritorial ini masih belum berakhir, dan mengaku tak paham mengapa NATO berusaha menawarkan keanggotaan kepada Georgia.

"Apa mereka paham konsekuensinya jika sampai mengapa Georgia bergabung? Hal itu bisa memicu konflik mengerikan," tegas Medvedev.

PM yang menjabat sejak 2012 itu berujar, perubahan status quo atas pengakuan kemerdekaan Ossetia Selatan dan Abkhazia bisa mendatangkan dampak serius.

"Saya harap para pemimpin NATO cukup pintar untuk tidak mengambil langkah yang salah dan mendatangkan kerugian," katanya.

Medvedev menambahkan, ekspansi NATO dengan mengajak negara Eropa Timur bergabung juga memberikan isu tersendiri.

Meski negara sekutu Rusia mengatakan yang sebaliknya, negara Barat yang bergabung di NATO menganggap Kremlin sebagai musuh.

"Kami mulai khawatir ketika kami mulai dikelilingi oleh negara yang bergabung dengan NATO. Ekspansi mereka jelas ancaman bagi Federasi Rusia," tuturnya.

Kabar tawaran keanggotaan Georgia muncul setelah Sekjen NATO, Jens Stoltenberg, membahasnya dalam pertemuan di Brussels, Belgia, Juli lalu.

Pada Selasa, Georgia menerima kunjungan para menteri luar negeri dari Polandia, Latvia, Lithuania, serta Wakil Perdana Menteri Ukraina Stepan Kubiv.

Presiden Georgia Giorgi Margvelashvili mengecam Rusia yang masih terus melakukan pendudukan dengan menempatkan militernya di Ossetia Selatan dan Abkhazia.

Baca juga: Tuvalu Tarik Pengakuan atas Dua WIlayah Georgia yang Memberontak

"Ini adalah agresi, pendudukan, dan melanggaran peraturan internasional," kecam Margvelashvili dilansir Radio Free Europe.

Para menlu menunjukkan dukungan dengan mendesak Negeri "Beruang Merah" agar menarik pasukannya dari dua tempat itu.

"Hari ini, tidak boleh ada negara yang mengubah wilayah negara lain dengan kekerasan," tegas Menlu Polandia, Jacek Czaputowicz.

Meski hubungan Georgia dan Rusia mulai pulih, isu Ossetia Selatan dan Abkhazia masih menjadi perdebatan hingga saat ini.

Baca juga: Moeldoko Pimpin Delegasi Indonesia di KTT OGP di Georgia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com