Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terbukti Batasi Kuota Mahasiswi, Universitas di Tokyo Minta Maaf

Kompas.com - 08/08/2018, 12:02 WIB
Veronika Yasinta

Penulis

Sumber AFP,Sky News

TOKYO, KOMPAS.com - Sekolah kedokteran di Tokyo meminta maaf atas tindakan mengubah nilai ujian untuk membatasi jumlah mahasiswi yang diterima.

Universitas Kedokteran Tokyo secara sistematis mengubah hasil ujian sejak tahun 2000.

"Kami dengan tulus meminta maaf atas kesalahan serius terkat ujian masuk, yang menyebabkan kekhawatiran dan masalah bagi banyak orang, sekaligus mengkhianati kepercayaan publik, kata rektor universitas, Tetsuo Yukioka.

Melansir dari Sky News, Selasa (7/8/2018), Yukioka sebelumnya membantah telah terjadi kesalahan dalam sistem penerimaan mahasiswa baru.

Baca juga: Batasi Kuota Mahasiswi, Universitas di Tokyo Sengaja Ubah Hasil Tes

"Saya menduga kurangnya kepekaan terhadap aturan masyarakat modern, di mana perempuan tidak harus diperlakukan berbeda karena jenis kelamin mereka," ucapnya.

Skandal itu pertama kali ditemukan selama penyelidikan kasus pengakuan seorang putra pejabat kementerian pendidikan, Futoshi Sano.

Sano diduga meminta pihak universitas untuk mengamankan posisi putranya dengan imbalan pemberian dana hibah. Dia ditangkap pada bulan lalu, namun membantah semua tuduhan.

Dalam investigasi yang dilakukan, mahasiswa tersebut diberi 20 poin tambahan, setelah gagal ujian beberapa kali.

Kemudian, ada temuan bahwa mahasiswi yang lulus ujian hanya memenuhi kuota 30 persen dari jumlah keseluruhan mahasiswa yang diterima selama sekitar 20 tahun.

"Ketika sudah menikah dan punya anak, perempuan biasanya berhenti bekerja setelah lulus dan menjadi dokter," ungkap seorang sumber, seperti dikutip dari AFP.

Baca juga: 6 Anggota Sekte Aum Shinrikyo Pelaku Teror Tokyo Dieksekusi Mati

Beberapa kritikus meyakini, sekolah kedokteran lain juga kemungkinan melakukan diskriminasi terhadap perempuan.

Skandal ini telah menyebabkan kemarahan masyarakat di Jepang. Menteri pemberdayaan perempuan Seiko Noda menyebut praktik tersebut sangat menganggu.

"Ini sangat mengganggu jika universitas tidak membiarkan perempuan lulus ujian karena mereka pikir sulit untuk bekerja sebagai seorang dokter," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AFP,Sky News
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com