Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pembaca Berita CNN Dapat Ancaman Mati dari Pendukung Trump

Kompas.com - 06/08/2018, 16:02 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber Newsweek

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Dua orang pembaca berita CNN mengaku mendapat ancaman mati dari seorang pendukung Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

Diwartakan Newsweek Minggu (5/8/2018), Brian Stelter menyiarkan ancaman tersebut di mana seseorang menelepon acara C-SPAN yang dipandu Greta Wodele Brawner.

Dilansir Newsweek Minggu (5/8/20180, si penelepon mengaku bernama Don dan berasal dari State College, Pennsylvania.

Baca juga: Trump Sebut Fake News Dapat Picu Perang

Setelah mengucapkan selamat pagi, Don membuka perkataannya dengan menyatakan semuanya dimulai ketika Trump terpilih dalam Pilpres 2016.

"Brian Stelter dan Don Lemon dari CNN menyebut para pendukung Trump rasis. Mereka bahkan tak mengenal kami," kata penelepon itu.

"Don" itu kemudian menyatakan dia tidak memahami mengapa Stelter dan Lemon menyebut para pendukung rasialis karena mereka memilih presiden 72 tahun itu.

"Mereka telah memulai sebuah perang. Jika nanti saya melihat mereka, saya bakal menembaknya," kata penelepon tersebut.

Stelter membantah jika dia menyebut para suporter presiden dari Partai Republik tersebut sebagai rasialis.

Dia menyatakan tak ingin mencari simpati ketika memutar ancaman itu. Namun dia meminta agar ancaman terhadap jurnalis bisa diperhatikan lebih serius.

Adapun Lemon yang membawakan program CNN Newsroom mendapat kritikan dari Trump ketika dia mewawancarai bintang basket NBA, Lebron James.

Saat itu James menyebut bahwa Trump menggunakan olahraga untuk memecah belah mereka. "Namun hanya olahraga yang bakal menyatukan kami," tegasnya.

Ucapan James itu disikapi Trump melalui kicauan di Twitter yang menyebut pemain Los Angeles Lakers itu baru saja diwawancarai "orang bodoh dari CNN".

"Orang itu bernama Don Lemon, dan membuat Lebron seperti orang pintar, yang tentunya sulit melakukannya. Saya lebih suka Mike!" kata Trump.

Ucapannya merujuk kepada perdebatan tentang siapa yang lebih hebat antara James ataukah legenda Chicago Bulls, Michael Jordan.

Sejak menjabat pada Januari 2017, Trump berulang kali menyerang media yang berseberangan dengannya, dan dicap sebagai "Fake News" tersebut.

Kritikan terbaru adalah ketika dia mengatakan Fake News berpotensi menciptakan perang. "Mereka berbahaya dan menjjikkan," tuturnya.

Sebuah studi yang dipublikasikan di Juni memperlihatkan kenyataan bahwa 68 persen warga AS mulai muak dengan media.

Hanya 17 persen yang masih meyakini bahwa media masih mempunyai kecakapan dalam menyebarkan kabar yang perlu diketahui.

Baca juga: New York Times ke Trump: Jangan Panggil Jurnalis Musuh Masyarakat

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Newsweek


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com