Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Batasi Kuota Mahasiswi, Universitas di Tokyo Sengaja Ubah Hasil Tes

Kompas.com - 03/08/2018, 13:00 WIB
Veronika Yasinta

Penulis

TOKYO, KOMPAS.com - Universitas kedokteran ternama di Jepang diduga mengubah hasil tes penerimaan untuk membatasi jumlah murid perempuan atau mahasiswi.

Laporan tersebut diungkap oleh surat kabar Yomiuri Shimbun pada Kamis (2/8/2018), seperti dikutip dari Newsweek.

Universitas Kedokteran Tokyo diperkirakan mencurangi hasil tes mulai 2011 untuk memastikan jumlah mahasiswi pada kisaran 30 persen.

Pada 2010, jumlah mahasiswi dilaporkan sekitar 40 persen dari total mahasiswa. Setelah itu, universitas menjaga presentase mahasiswi yang diterima setiap tahunnya sekitar 30 persen.

Tahun ini, ada 141 mahasiswa dan 30 mahasiswi yang diterima.

Baca juga: 6 Anggota Sekte Aum Shinrikyo Pelaku Teror Tokyo Dieksekusi Mati

"Ketika sudah menikah dan punya anak, perempuan biasanya berhenti bekerja setelah lulus dan menjadi dokter," ungkap seorang sumber.

"Ada konsensus di universitas bahwa dokter pria yang mendukung kinerja rumah sakit universitas," lanjutnya.

AFP mewartakan, manajemen universitas swasta itu akan menyelidiki laporan mengenai diskriminasi terhadap perempuan.

"Menyusul laporan pada pagi ini, kami meminta firma hukum untuk melakukan investigasi internal terhadap isu tersebut," kata juru bicara Universitas Kedokteran Tokyo Fumio Azuma.

Warganet mengungkap kemarahan mereka pada universitas yang bergengsi itu.

Melansir dari BBC, kebanyakan dari netizen berpendapat subsidi pada institusi tersebut dicabut.

Universitas Kedokteran Tokyo pernah terlibat kasus penyuapan terhadap Futoshi Sano, seorang pejabat tinggi kementerian pendidikan.

Baca juga: Dianggap Terlalu Berisik Seorang Gadis di Jepang Ditikam Tetangganya

Pihak terkait di universitas menjanjikan imbalan poin pada skor ujian masuk putra Sano, asalkan dia membantu universitas mendapatkan dana hibah. Futoshi Sano yang ditangkap pada bulan lalu membantah tuduhan tersebut.

Laporan menunjukkan dugaan diskriminasi gender kemungkinan ditemukan selama penyelidikan itu.

Partisipasi perempuan dalam profesi ahli di Jepang makin menurun. Penelitian menemukan hanya 12,4 persen perempuan yang bekerja sebagai legislator, pekerja senior, dan manajer.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com