Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 26/07/2018, 20:35 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber Newsweek

MOSKWA, KOMPAS.com - Rusia meminta kepada Amerika Serikat (AS) untuk bekerja sama dengan mereka menangani pemulihan Suriah.

Pernyataan itu diucapkan juru bicara Kementerian Pertahanan, Mayor Jenderal Igor Konashenkov, seperti dilansir Newsweek Rabu (25/7/2018).

Konashenkov menjawab Kepala Komando Pusat AS, Jenderal Joseph Votel, yang merespon pertemuan Presiden Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin 16 Juli lalu.

Baca juga: Berniat Bangun Suriah, Rusia Gunakan Pengalaman Saat Perang Dunia II

Dalam pertemuan di Helsinki, Finlandia itu, Trump berkata dia siap berkoordinasi dengan Rusia dalam memulangkan pengungsi Suriah.

Namun, Votel menolak permintaan Trump itu karena Rusia masih terus menunjukkan dukungan kepada Presiden Bashar al-Assad.

Konashenkov berkata, penolakan Votel itu tidak saja mendiskreditkan posisinya sebagai panglima angkatan bersenjata AS.

"AS juga tidak mempunyai legitimasi di Suriah. Operasi mereka bertentangan dengan hukum internasional dan AS juga," kata Konashenkov.

Karena keberadaan AS tidak sah, Konashenkov mengusulkan agar dianggap legal, maka mereka harus bekerja sama dengan Moskwa dan rezim Assad.

Kerja sama itu meliputi penyediaan bantuan, pemulangan para pengungsi konflik, serta memberikan tempat tinggal sementara bagi pengungsi itu.

"Jika Jenderal Votel menolaknya, jalan satu-satunya adalah AS tidak mengganggu proses perdamaian di Suriah," beber Konashenkov.

Trump juga sempat mengutarakan niatnya untuk menarik pasukannya keluar dari Suriah, namun rencana tersebut ditentang para jenderal dan penasihat militernya.

Mereka berargumen, jika ditarik, maka kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) bisa kembali berkuasa.

Selain itu, AS juga mempunyai kewajiban untuk menangkal sekutu utama Assad yang ada di Timur Tengah, Iran.

Namun Konashenkov berujar, Iran dianggap legal di Suriah karena mereka diundang langsung oleh pemerintahan Assad.

Berbeda dengan AS dan sekutu Timur Tengah-nya seperti Arab Saudi, Qatar, maupun pasukan Turki yang dianggap penyusup.

Baca juga: Pemberontak Suriah di Daraa Serahkan Senjata Berat pada Pasukan Pemerintah

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Sumber Newsweek
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com