Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 26/07/2018, 16:29 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber Newsweek

MOSKWA, KOMPAS.com - Rusia mengatakan mereka bakal membangun Suriah kembali sama seperti mereka memulihkan diri pasca-Perang Dunia II.

Pernyataan itu dilontarkan Ketua Manajemen Nasional, Kolonel Jenderal Mikhail Mizintsev, seperti dilansir Newsweek Rabu (25/7/2018).

Dalam rapat gabungan Kemenlu dan Kemenhan, Mizintsev berkata usaha Rusia untuk membangun Rusia harus berdasarkan pemulihan Uni Soviet dan sekutunya di PD II.

Baca juga: Rudal Patriot Israel Hantam Jet Tempur Suriah

Dikenal dengan nama Perang Patriotik Besar, Uni Soviet dan sekutunya menghadapi Poros yang dipimpin Nazi Jerman di Front Timur.

Perang yang berlangsung 1941-1945 itu berakhir dengan kemenangan Soviet dengan menderita korban jiwa sekitar 26.2 juta orang.

Dengan perkiraan restorasi bakal memakan waktu 15 tahun, Soviet melakukannya hanya dalam waktu lima tahun.

Tidak hanya itu, Soviet juga membantu pemulihan sekutunya yang berada di Eropa Timur, sementara Amerika Serikat (AS) memulihkan Eropa Barat.

"Saya percaya pengalaman tanah air kita dalam membangun dan memulihkan diri tak tertandingi," ujar Mizintsev dalam pidatonya.

Dia kemudian menekankan pentingnya menggunakan pengalaman Rusia untuk membantu Suriah maupun negara lain yang terdampak konflik bersenjata.

"Karena itu, saya mengusulkan agar kita menganalisis material pembangunan apa saja yang dibutuhkan, dan segera mengirimnya ke Suriah," tegasnya.

Rusia pertama kali berpartisipasi dalam konflik Suriah pada 2015. Saat itu, mereka mengusir kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).

Namun, mereka juga mulai memukul mundur kelompok pemberontak yang menentang rezim Presiden Bashar al-Assad yang juga disokong AS.

Baca juga: Bawa Bom Era Perang Dunia II, Turis AS Bikin Gaduh Bandara Vienna

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Sumber Newsweek
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com