Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pulang dari Pengasingan, Wapres Afghanistan Disambut Bom Bunuh Diri

Kompas.com - 23/07/2018, 11:54 WIB
Ervan Hardoko

Penulis

Sumber BBC,AFP

KABUL, KOMPAS.com - Sebanyak 14 orang tewas akibat ledakan di bandara internasional Kabul, Afghanistan tak lama setelah kedatangan Wakil Presiden Abdul Rashid Dostum.

Setahun lalu Jenderal Dostum mengasingkan diri ke Turki setelah dituduh memerintahkan anak buahnya menculik dan memperkosa seorang lawan politiknya.

Kepala kepolisian Kabul Hashmat Estankzai mengatakan, sembilan personel keamanan dan polisi lalu lintas ada di antara para korban tewas.
 
Selain itu, 60 orang lainnya terluka. Sementara, Dostum sendiri tak terluka akibat insiden tersebut.

Baca juga: Serangan Bom Bunuh Diri di Bandara Afghanistan, 11 Orang Dilaporkan Tewas

Sebelumnya, Estankzai, kepada BBC mengatakan, seorang pengebom bunuh diri meledakkan diri di luar gerbang bandara.

Sementara sejumlah laporan lain menyebut, iring-iringan mobil Jenderal Dostum sedang meninggalkan bandara saat ledakan terjadi.

Dostum sendiri menggunakan sebuah kendaraan berlapis baja demi keselamatannya.

Pemimpin dan mantan panglima perang beretnis Uzbek ini disambut meriah pendukungnya saat tiba kembali di Kabul.

Rekaman televisi memperlihatkan Dostum menyapa para pendukung di kantornya tak lama setelah ledakan itu terjadi.

Kembalinya Dostum diwarnai kekerasan di basis kekuasaan di wilayah utara Afghanistan, di saat para pendukungnya meminta Dostum kembali dan pembebasan seorang pemimpin milisi.

Sejumlah pengamat meyakini, Presiden Ashraf Ghani mengizinkan Dostum untuk pulang demi mendapatkan dukungan menjelang pemilihan presiden tahun depan.

Pada 2001, Jenderal Dostum membantu pasukan AS mengusir Taliban tetapi dia kemudian dituduh melakukan sederet kejahatan perang di Afghanistan.

Pada 2014, Dostum memutuskan untuk bergabung dengan pemerintahan Afghanistan yang dipimpin Presiden Ashaf Ghani.

Masalah muncul ketika pada 2016 mantan sekutu Dostum, Ahmad Eschi mengaku dia diculik, disiksa, dan mendapatkan pelecehan seksual atas perintah Dostum.

Eschi mengatakan, Dostum dan 10 orang lain menyerangnya saat dia disekap di kediaman sang jenderal pada November 2016.

Namun, Dostum menampik tuduhan tersebut dan menyebut Eschi ditahan para personel dinas intelijen Afghanistan.

Akibat masalah ini, tujuh pengawal Dosturm dinyatakan bersalah dalam penculikan Eschi yang juga merupakan mantan gubernur provinsi Jowzjan.

Sementara itu juru bicara kepresidenan Afghanistan Haroon Chakhansuri menegaskan, Dostum akan menyelesaikan tugasnya sebagai wakil presiden sekembalinya dari pengasingan.

Baca juga: Inggris Berjanji Segera Tambah Jumlah Pasukannya di Afghanistan

Namun, Chakhansuri menolak menjelaskan soal langkah yang akan diambil pemerintah terkait tuduhan yang diarahkan kepada Dostum.

"Pengadilan adalah sebuah badan independen, pemerintah tidak akan mencampuri apapun keputusan pengadilan," ujar Chakhansuri.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber BBC,AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com