Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dua Bulan Terakhir, Penyebaran Hoaks Sebabkan 20 Warga India Tewas

Kompas.com - 14/07/2018, 16:50 WIB
Ervan Hardoko

Penulis

Sumber AFP

NEW DELHI, KOMPAS.com - Sebuah rekaman video di telepon genggam memperlihatkan dua orang pria berlumuran darah memohon belas kasihan dari kerumunan orang di sekitarnya.

Namun, permohonan mereka tak digubris dan kedua orang itu akhirnya tewas dalam kondisi mengenaskan setelah diamuk massa.

Kedua pria itu adalah seorang musisi bernama Nilotpal Das (29) dan rekan bisnisnya Abhijeet Nath (30). Keduanya berasal dari Guwahati, ibu kota negara bagian Assam, India.

Baca juga: Ketinggalan Kereta, Pria di India Bikin Hoax Bom

"Dia amat menyukai suara alam untuk mencari inspirasi bagi musiknya," kata ayah sang musisi Gopal Chandra Das (68) di kediamannya.

Nilotpal Das dan Abhijeet Nath adalah dua dari puluhan orang yang tewas di berbagai tempat di India akibat dicurigai sebagai penculik anak-anak.

Rumor soal kelompok penculik anak ini tersebar luas dan amat cepat di India lewat layanan pesan WhatsApp dan media sosial seperti Facebook.

Akibatnya, sebagian warga dengan gampang menaruh curiga terhadap orang asing yang tak pernah  terlihat di sekitar komunitas mereka.

Kecurigaan ini kerap berubah menjadi amuk massa yang dalam dua bulan terakhir sudah menghilangkan nyawa setidaknya 20 orang di seluruh India.

Pemerintah India sebenarnya tak tinggal diam dan mencoba merespon dengan memberikan sosialiasi hingga pemutusan akses internet.

Namun, semua upaya itu belum membuah hasil dan aksi main hakim sendiri masih terus terjadi di negeri tersebut.

Kini, seakan putus asa, pejabat pemerintah justru menuding WhatsApp, yang digunakan sekitar 200 juta warga India, tidak bertanggung jawab terkait tersebarnya pesan-pesan berbahaya itu.

Menjadi tertuduh, WhatsApp menegaskan, pihaknya juga amat prihatin dengan kondisi yang terjadi di India dan menjanjikan langkah-langkah antisipasi.

Baca juga: Cara Cerdas Mencegah Penyebaran Hoax di Media Sosial

Raksasa media sosial ini kemudian memasang iklan satu halaman penuh di berbagai surat kabar India yang berisi "panduan" bagi penggunanya untuk menyaring informasi yang mereka terima.

"Bersama kita bisa memerangi informasi yang salah," demikian isi iklan WhatsApp itu.

Halaman:
Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com