Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Perhimpunan Pelajar Indonesia
PPI

Perhimpunan Pelajar Indonesia (www.ppidunia.org)

"Open Policy" Angela Merkel, Dua Sisi Kedatangan Imigran ke Jerman

Kompas.com - 05/07/2018, 21:17 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

TIDAK bisa dimungkiri bahwa Jerman diklaim sebagai negara terbaik dalam menerima arus kedatangan imigran ke Eropa.

Terminologi imigran kerap kali digunakan dan dapat merujuk pada pendatang dari luar Eropa secara legal maupun pengungsi dan pencari suaka.

Meskipun terdapat perbedaan definisi, pengertian tersebut kerap kali disandingkan dalam satu bahasan tentang melihat bagaimana datangnya orang-orang dari berbagai negara ke Uni Eropa.

Sebagian dari mereka datang secara legal untuk mencari kehidupan yang lebih layak dengan kompetensi yang dapat "dijual".

Di sisi lain, sebagian besar dari mereka justru datang karena tidak punya pilihan karena umumnya merupakan warga sipil yang menjadi korban dari konflik di negara asal mereka.

Kedatangan mereka ke Jerman pun tidak bisa dikatakan selalu mulus-mulus saja. Ancaman atas keselamatan diri hingga penolakan menjadi salah satu tantangan bagi para imigran.

Meski demikian, Jerman memiliki daya tarik luar biasa bagi para pendatang jika dibandingkan dengan negara lain di Eropa.

Tingginya upah minimum hingga biaya hidup yang relatif lebih terjangkau menjadi daya tarik tersendiri bagi mereka yang mencari kehidupan yang lebih baik.

Sebagai salah satu negara yang memiliki kekuatan ekonomi terbaik di Eropa, Jerman menjadi tempat yang selalu diincar oleh para imigran.

Perdebatan open policy Merkel

Open policy Merkel pun selalu menuai perdebatan dari kaum yang pro maupun kontra. Salah satu kritik yang sangat keras terhadap kedatangan imigran muncul dari kaum ultranasionalis.

Hal ini dapat dilihat dari kehadiran partai Alternative fuer Deutschland (AfD) sebagai partai sayap kanan atau ultranasionalis yang sedang "bangkit" mendapatkan kenaikan suara di Jerman.

AfD berhasil menarik simpati rakyat Jerman dengan memosisikan bahwa kedatangan pendatang ke Uni Eropa sebagai ancaman (threat) bagi isu keamanan.

Posisi AfD pun didukung oleh adanya berbagai serangan di Jerman, mulai dari serangan pada sebuah kereta di Muenchen pada 2016, serangan di sebuah pasar natal di Berlin di akhir 2016, dan yang terakhir serangan di sebuah stasiun di Kota Dusseldorf.

Rangkaian peristiwa ini setidaknya telah mampu membangun opini bahwa kedatangan para imigran membuat Jerman tidak aman sehingga mendesak Merkel memberhentikan kebijakan open policy-nya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com