Chile Ancam Usir 2.000 Imigran Ilegal

SANTIAGO, KOMPAS.com - Presiden Chile Sebastian Pinera mengatakan, pemerintahannya menargetkan untuk mengusir hingga 2.000 imigran ilegal dari wilayah negaranya pada akhir tahun mendatang.

Langkah tersebut, yang diumumkan presiden pada Senin (25/6/2018) lalu, sebagai bagian dari rencana migrasi yang disiapkan untuk mengatasi kedatangan hingga ratusan ribu migran ke Chile, dalam empat tahun terakhir.

Melansir dari AFP, langkah pengusiran akan lebih diprioritaskan kepada warga migran asing yang memiliki catatan kriminal, serta yang menolak tawaran dari pemerintah untuk mengatur situasi mereka.

Baca juga: Italia Bersiap Kirim 629 Migran Telantar ke Spanyol

"Secara efektif, hingga akhir tahun ini, akan ada sekitar 2.000 pengusiran dari wilayah negara kami, warga asing yang melakukan kejahatan," kata juru bicara pemerintah Cecilia Perez.

Dijelaskan Perez, untuk tahap pertama, pengusiran akan ditujukan kepada pihak-pihak yang memiliki catatan kriminal. Selanjutnya, pengusiran akan ditujukan kepada pihak-pihak yang menghadapi hukuman penjara.

Kelompok ketiga yang akan menghadapi ancaman pengusiran adalah migran yang menolak melalui proses regulasai yang dimulai pada April lalu.

Menurut data dari kementerian dalam negeri Chile, hingga saat ini telah ada lebih dari 140.000 migran yang menerima dokumen.

Pejabat mengatakan, mereka yang tidak ambil bagian dalam program tersebut kemungkinan besar adalah mereka yang memiliki catatan kriminal.

"Pintu kami tetap terbuka bagi semua warga asing yang datang untuk berkontribusi kepada negara kami, yang ingin memiliki peluang kehidupan yang lebih baik."

Baca juga: Perancis Serukan Sanksi bagi Negara Uni Eropa yang Tolak Migran

"Tetapi bagi mereka yang ingin atau yang telah melakukan tindakan kriminal di negara mereka dan berniat melakukan tindak kejahatan terhadap kami pintu-pintu itu tertutup," kata Perez.

Selama empat tahun terakhir, Chile telah menjadi salah satu tujuan utama migran Amerika Latin, menyebut angka di awal tahun ini telah mencapai lebih dari satu juta warga asing di negara itu.

Jumlah tersebut mencapai hampir dua kali lipat dari yang diperkirakan sebelumnya. Sekitar 300.000 orang di antaranya dianggap telah masuk dan tinggal secara ilegal.