Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Makin Tertekan, Najib Razak Terseret Kasus Pembunuhan Model Mongolia

Kompas.com - 22/06/2018, 12:26 WIB
Veronika Yasinta

Penulis

Sumber AFP

KUALA LUMPUR, KOMPAS.com - Kepolisian Malaysia membuka kembali penyelidikan kasus pembunuhan model perempuan asal Mongolia pada 2006, yang turut menyeret nama mantan perdana menteri Malaysia Najib Razak.

Dilansir dari AFP, Jumat (22/6/2018), perempuan bernama Altantuya Shaariibuu (28) ditembak mati dan tubuhnya diledakkan dengan bahan peledak plastik kelas militer.

Kasus pembunuhan itu menjadi aspek yang paling mengejutkan dalam sejumlah skandal yang melibatkan Najib.

Baca juga: Najib Razak Jelaskan Asal Muasal Uang dan Barang Mewah Milik Keluarganya

Ayah Altantuya mengunjungi Malaysia pada pekan ini. Dia bertemu dengan Perdana Menteri Mahathir Mohamad, yang juga mendukung investigasi kasus tersebut.

"Saya dapat mengonfirmasi, kami membuka kembali penyelidikan," kata kepala polisi nasional Mohamad Fuzi Harun, seperti dikutip dari The Star.

"Kami akan melakukan tugas kami tanpa rasa takut," ucapnya.

Ketua Lawyers for Liberty Eric Paulsen mengatakan, Najib harus menjadi salah satu saksi baru yang diinterogasi pihak kepolisian terkait kasus pembunuhan Altantuya.

"Kami ingin tahu mengapa Altantunya dibunuh dan siapa yang memerintahkan pembunuhannya," katanya.

Altantuya dibunuh di sebuah hutan di Shah Alam, Selangor, pada Oktober 2006.

Dugaan berkembang bahwa Altantuya dibunuh agar bungkam terkait korupsi sejumlah pejabat tinggi Malaysia dalam pembelian dua kapal selam Scorpene buatan Perancis dan Spanyol yang bernilai 2 miliar dollar AS.

Baca juga: Mahathir: Malaysia Siapkan Dakwaan Berlapis untuk Najib Razak

Pembelian dilakukan ketika Najib menjadi menteri pertahanan. Altantuya bekerja sebagai penerjemah pada tahap akhir sejumlah negosiasi transaksi itu.

Najib dengan tegas telah menyangkal pernah bertemu Altantuya atau punya hubungan dengannya. Pemerintahannya pun menyangkal telah melakukan kesalahan dalam pembelian dua kapal selam itu, yang telah menjadi subjek investigasi hakim Perancis.

Dua polisi dijatuhi hukuman mati atas pembunuhan tersebut. Salah satunya kabur ke Australia dan mengungkapkan bahwa dia diperintah untuk membunuh Altantuya.

Namun, motif pembunuhan Altantunya tidak pernah terungkap dalam persidangan dua terdakwa, Sirul Azhaw Umar dan Azilah Hadri.

Sirul mengatakan kepada seorang hakim dalam persidangan, dia menjadi kambing hitam yang dikorbankan demi melindungi sekelompok orang. Di sisi lain, dia tidak pernah mengungkap nama dari orang-orang tersebut.

Baca juga: Polisi Malaysia Kembali Geledah Rumah Najib Razak

Sirul juga menyatakan, dia belum pernah bertemu Abdul Razak Baginda, bekas teman dan penasihat Najib, yang awalnya didakwa bersekongkol untuk melakukan pembunuhan itu tetapi kemudian dibebaskan.

Altantuya merupakan mantan kekasih Abdul Razak. Dalam sebuah surat yang ditemukan setelah pembunuhannya, Altantuya ingin imbalan senilai 500 ribu dollar AS untuk tetap bungkam terkait apa yang diketahuinya tentang perjanjian pembelian dua kapal selam.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com