Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berita Populer: Studi Kekuatan Indonesia pada 2030, hingga AS Keluar dari Perjanjian Nuklir Iran

Kompas.com - 10/05/2018, 07:22 WIB
Veronika Yasinta

Penulis

KOMPAS.com - Meski hari ini merupakan hari libur nasional, jangan sampai Anda ketinggalan sejumlah perkembangan dunia.

Seperti, studi Lowy Institute menyatakan, Indonesia akan melampaui Malaysia dan Singapura pada 2030, mengukuhkan diri sebagai negara terkuat keempat di Asia Pasifik.

Kemudian, Pemerintah Amerika Serikat keluar dari kesepakatan yang membatasi program nuklir Iran dan memberlakukan kembali sanksi.

Kedua berita tersebut merupakan sebagian dari berita populer kanal internasional sepanjang Rabu (9/5/2018) hingga Kamis (10/5/2018) pagi.

Berikut rangkuman empat berita populer dari belahan dunia yang dapat mengisi pagi Anda.

1. Studi: Pada 2030 Indonesia Jadi Negara Terkuat Keempat di Asia Pasifik

Menurut studi yang digelar Lowy Institute, Indonesia bukan merupakan negara terkuat di Asia Tenggara. Menurut studi itu, posisi Indonesia berada di bawah Malaysia dan Singapura.

Namun, masih menurut Lowy, Indonesia akan melampaui dua negara tetangganya itu pada 2030.

Kesimpulan ini disampaikan dalam peringkat The Asia Power Indeks 2018 yang menempatkan Indonesia di posisi ke-10 di antara 25 negara di kawasan Asia Pasifik.

Meski demikian, militer Indonesia saat ini tengah melakukan modernisasi untuk mencapai kekuatan esensial minimum (MEF) dan diharapkan proses modernisasi ini akan selesai pada 2024.

Berita selengkapnya klik tautan di sini.

2. Trump: AS Keluar dari Perjanjian Nuklir Iran

Pemerintah Amerika Serikat keluar dari kesepakatan yang membatasi program nuklir Iran dan memberlakukan kembali sanksi.

Presiden AS Donald Trump menyebut kesepakatan nuklir Iran pada 2015 sebagai bencana dan memalukan bagi AS, yang dianggap tidak melakukan apa pun untuk menahan ambisi nuklir Iran.

Menurutnya, perjanjian yang berakhir pada 2030 memungkinkan Iran melanjutkan program pengembangan nuklir. Dia berpendapat, perjanjian itu akan memicu perlombaan senjata nuklir di Timur Tengah.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com