Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemilu Malaysia, Pertarungan Dua Raksasa Politik Semenanjung Malaya

Kompas.com - 09/05/2018, 10:42 WIB
Ervan Hardoko

Penulis

Sumber SCMP

KUALA LUMPUR, KOMPAS.com — Apa yang disebut sebagai pemilihan umum paling ketat dalam sejarah Malaysia digelar setelah PM Najib Razak dan penantangnya dari oposisi Mahathir Mohamad mengakhiri kampanye mereka pada Selasa (8/5/2018) malam.

Razak (65), sang petahana, menghadapi pemilihan umum keduanya selama menjadi perdana menteri. Pemilu ini juga menjadi yang pertama pasca-skandal finansial 1MDB yang memicu kisruh politik di Malaysia pada 2015.

Pada Selasa malam, di kota Pekan, Negara Bagian Pahang, tempat dia mempertahankan kursi parlemennya sejak berusia 23 tahun, Razak mengumumkan serangkaian insentif yang akan diberikan jika koalisi Barisan Nasional (BN) yang dipimpinnya memenangkan pemilu.

Beberapa insentif yang ditawarkan Razak antara lain pembebasan pajak bagi warga di bawah usia 26 tahun dan warga gratis menggunakan jalan tol selama lima hari sebelum dan sesudah Idul Fitri.

Baca juga: Pemilu Malaysia: Najib Janjikan Pembebasan Pajak bagi Kaum Muda

Saat pidato Razak itu disiarkan langsung televisi nasional, Mahathir Mohamad (92) lebih memilih menggunakan media sosial untuk menyampaikan pesan-pesan kepada para pendukungnya.

Mahathir menggunakan Facebook Live dari pulau wisata Langkawi untuk menyampaikan visi misinya kepada 15 juta warga pemilik suara.

Politisi gaek ini berharap membuat sebuah kejutan dan kembali ke tampuk kekuasaan yang sudah ditinggalkannya sejak 15 tahun lalu.

Lewat media sosial, Mahathir menyerukan agar warga Malaysia, terutama para pemilik suara, tidak terbuai janji insentif yang disampaikan Najib Razak.

"Suap tak akan bertahan lama. Dalam waktu singkat, uang yang digunakan untuk menyuap akan habis. Jangan korbankan negara demi uang dalam jumlah kecil," kata politisi senior itu.

Kampanye terakhir kedua politisi itu menandai dimulainya pemilihan umum yang oleh banyak pihak diperkirakan Najib masih mampu mempertahankan kekuasaan meski mendapat tantangan  cukup berat.

Baca juga: Keinginan Terakhir Ibu Saya, Ikut Pemilu Malaysia

Berdasarkan hasil survei yang dirilisi Merdeka Centre for Opinion Research pada Selasa (8/5/2018), koalisi BN mengalami penurunan suara dan hanya diperkirakan bakal menuai suara sebanyak 37,4 persen.

Angka ini turun cukup tajam dibanding pemilihan umum 2013, yang kala itu BN masih mampu meraup 47,4 suara pemilih.

Halaman:
Sumber SCMP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com