Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Turki Tak Berniat Ikuti Langkah AS dan NATO

Kompas.com - 28/03/2018, 18:32 WIB
Agni Vidya Perdana

Penulis

Sumber AFP

ANKARA, KOMPAS.com - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengisyaratkan pemerintahan negaranya tidak memiliki rencana untuk mengikuti langkah yang telah diambil AS maupun NATO dengan mengusir diplomat Rusia.

Disampaikan Erdogan, pada Rabu (28/3/2018), pihaknya telah menjalin aliansi yang kuat dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin. Dia menambahkan, tidak bisa mengambil langkah-langkah yang melawan Moskwa hanya berdasarkan "dugaan".

"Hanya karena beberapa negara mengambil langkah dan memutuskan berdasarkan tuduhan, kami tidak dapat ikut memutuskan mengambil langkah yang sama," kata Erdogan dalam komentarnya kepada media Turki.

"Tidak ada usulan bahwa kami harus bertindak sepenuhnya seperti negara-negara itu," tambah dia, dilansir AFP.

Baca juga: Sudah 27 Negara di Dunia yang Mengusir Diplomat Rusia

Setidaknya telah ada 27 pemerintahan, dengan sebagian besar merupakan anggota Uni Eropa dan NATO, yang mengumumkan pengusiran terhadap diplomat Rusia atas tuduhan terlibat dalam serangan racun saraf terhadap mantan agen ganda mereka, Sergei Skripal dan putrinya Yulia di Inggris, awal Maret lalu.

Pemerintah Inggris secara cepat menyimpulkan adanya peranan Moskwa dalam insiden yang melibatkan racun saraf Novichok, yang dikembangkan saat era Uni Soviet, dan London memutuskan mengusir 23 diplomat Rusia.

Rusia secara tegas menolak tuduhan tersebut dan telah membalas dengan juga mengusir 23 staf diplomat Inggris dari Moskwa.

Sebelumnya, AS pada Senin (26/3/2018) telah mengumumkan pengusiran terhadap 60 diplomat Rusia dari New York, termasuk yang dalam misi di PBB. Selain itu, 18 negara Uni Eropa dan NATO juga telah melakukan hal serupa.

Kementerian Luar Negeri Turki pada Senin (26/3/2018) telah mengeluarkan pernyataan yang mengutuk serangan racun saraf terhadap mantan agen ganda tersebut, namun tidak sekalipun menyebut Rusia di dalam pernyataannya.

Putin dijadwalkan tiba di Turki pada pekan depan untuk kunjungan selama dua hari yang juga akan mencakup pertemuan puncak tiga arah di Suriah dengan Presiden Irab Hassan Rouhani untuk memperkuat kerja sama.

Baca juga: Mantan Presiden Ukraina: Rusia Harus Ditekan Lewat Militer

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com