DAPCHI, KOMPAS.com - Murid-murid di Nigeria yang ketakutan memilih tidak berangkat ke sekolah pada Senin (26/2/2018), setelah serangan kelompok ekstremis Boko Haram yang diduga telah menculik 110 siswi di kota Dapchi, Yobe, Nigeria, pada pekan lalu.
Pihak militer telah menyerahkan pengamanan area kota kepada polisi karena kondisinya sudah relatif tenang. Namun, kemarahan terus berkembang di kalangan orangtua.
"Anak-anak terlalu takut pergi ke sekolah. Kami orangtua juga takut melihat putri kami ke sana," kata Mohammed Mele, salah satu orangtua yang memiliki dua anak di sekolah tersebut.
Komisari pendidikan negara bagian Yobe Mohammed Lamin mengatakan, sekolah akan dibuka kembali ketika ketengangan mulai mereda.
Baca juga : Pemerintah Nigeria: 110 Siswi Hilang setelah Serangan Boko Haram
Namun, nasib 110 murid perempuan masih belum diketahui. Saksi mata menyebutkan anggota kelompok ekstremis sempat menanyakan lokasi sekolah perempuan berada kepada warga.
Beberapa juga melihat banyak gadis muda yang dibawa pergi dengan todongan senjata.
Penculikan massal ini merupakan tantangan besar pagi presiden Nigeria Muhammadu Buhari, yang menyebutkan penculikan di Dapchi sebagai bencana nasional.
"Kami minta maaf ini semua telah terjadi. Kami berdoa agar para pasukan keamanan yang berani bisa segera mendeteksi keberadaan mereka, dan membawa anggota keluarga Anda pulang dengan selamat," katanya dalam sebuah pernyataan.
Baca juga : Boko Haram Diduga Culik Banyak Siswi, Presiden Nigeria Minta Maaf
Insiden penculikan tersebut menimbulkan kekhawatiran di kalangan orangtua, mengingat peristiwa serupa pernah terjadi pada 2014 ketika Boko Haram melakukan penculikan massal.
Saat itu, Boko Haram menculik 276 siswi dari kota Chibok. Lebih dari sepertiga dari korban penculikan tetap belum dapat ditemukan.