Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dalam Sehari, 1.200 Anjing Dikonsumsi di Kota Solo

Kompas.com - 21/02/2018, 13:22 WIB
Ervan Hardoko

Editor

Sumber

SOLO, KOMPAS.com — Heru Krisnandi adalah seorang penikmat daging anjing asal Solo, Jawa Tengah.

Dia tidak hanya menyukai rasa daging hewan itu, tetapi juga sensasi hangat yang menurutnya menjadikan dia jauh lebih energik.

Heru sangat memahami anjing adalah hewan peliharaan yang tak lazim untuk dikonsumsi dagingnya.

Namun, fakta itu tak membuatnya berhenti menyantap daging hewan tersebut dan pria ini bahkan memelihara seekor anjing di rumahnya.

Baca juga: Sengsu, Tongseng Jamu, dan Kenyataan Bahayanya

"Saya punya seekor anjing, tetapi saya tidak tega menyantap anjing milik sendiri. Saya tak peduli bagaimana anjing-anjing itu dibunuh selama saya tidak melihat prosesnya," ujar Heru seperti dikutip harian The Jakarta Post, Rabu (21/2/2018).

Heru tak mengetahui bahwa menurut para aktivis hak hewan, anjing-anjing itu diperlakukan brutal sebelum dipotong dan dagingnya disajikan untuk para penggemar kuliner ekstrem itu.

Di sisi lain, banyak orang yang mendapatkan keuntungan dari menjual daging hewan yang kerap disebut sahabat terbaik manusia itu.

Salah satunya adalah Sukardi (61) yang sudah menjual masakan berbahan daging anjing sejak 1979. Kini, Sukardi memiliki empat warung makan dengan menu utama daging anjing.

Baca juga: Perjalanan Daging Anjing di Medan, dari Pasar hingga Piring Makan (1))

Dia harus merogoh kocek Rp 150.000 untuk mendapatkan seekor anjing. Namun, dia bisa meraih keuntungan hingga Rp 3 juta sehari.

Dalam satu hari, Sukardi membutuhkan 8 hingga 12 anjing untuk dipotong dan dimasak demi memenuhi kebutuhan pelanggan di keempat warungnya itu.

Di Solo, warung-warung daging anjing bisa dengan mudah ditemukan. Mereka menawarkan berbagai jenis kuliner, mulai dari apa yang disebut dengan nama sengsu hingga sate anjing.

Baca juga: Seorang Bocah Tewas Usai Makan Daging Anjing

Warung-warung ini sudah menjamur di Solo selama berpuluh-puluh tahun dan keberadaannya tak pernah diusik semua wali kota, termasuk Joko Widodo yang saat ini menjadi presiden Indonesia.

"Kami tak bisa melarangnya karena tak ada regulasi yang bisa digunakan untuk melarang. Tradisi kuliner ini sudah ada sejak dahulu," kata Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo, masih kepada The Jakarta Post.

Halaman:
Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com