Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tujuh Tahun Perang, Jumlah "Perawan Tua" di Suriah Meroket

Kompas.com - 19/02/2018, 14:08 WIB
Ervan Hardoko

Penulis

Sumber Al Arabiya

DAMASKUS, KOMPAS.com — Seorang mahasiswi Universitas Damaskus, Suriah, bernama Nour dengan sedih mengamati jari manisnya yang "telanjang" karena tak dihiasi cincin pernikahan.

Nasib yang sama menimpa banyak mahasiswi lain di kampus itu karena meski begitu banyak gadis yang masih sendiri, nyaris tak ada pria di kampus tersebut.

Dalam usia yang sudah 30 tahun, Nour sebenarnya sudah siap menikah. Namun, perang yang masih melanda Suriah membuat para pria pindah ke negara lain, masuk militer, atau tewas di medan pertempuran.

"Saya harap cincin pernikahan bisa menghiasi jari manis saya satu hari nanti," kata Nour yang menolak memberikan nama lengkapnya.

Baca juga: Turki Diduga Rekrut Mantan Anggota ISIS untuk Perang di Suriah

"Namun, tak ada lagi pemuda di sini. Mereka sudah lama pergi. Saya memperhatikan setiap tahun jumlah pria semakin berkurang," tambahnya.

Konflik Suriah pecah pada 2011 yang diawali unjuk rasa menentang pemerintahan Presiden Bashar al-Assad, tepat di saat Nour akan mendapat gelar sarjana ekonomi.

Nour mengingat, setiap pekan dia selalu mendapatkan lamaran dari para pemuda, kini hal serupa tak dialaminya lagi.

"Kini nyaris tak ada pria yang melamar saya. Meski ada yang melamar, mereka tak sesuai untuk pernikahan normal karena jika pria itu sudah berusia lanjut, dia sudah beristri," tambah Nour.

Untuk mengisi waktu, akhirnya Nour memilih kembali kuliah di Universitas Damaskus kali ini di Fakultas Sastra.

"Saya terlalu banyak punya waktu luang. Tak ada teman, tak ada kekasih, tak ada suami," ujar perempuan berambut pirang itu sambil mendesah.

"Saya khawatir usia saya akan beranjak tua dan belum kunjung menikah. Untuk masalah ini, saya sudah putus asa," lanjutnya.

Baca juga: Warga Suriah Buka Bersama di Antara Reruntuhan Bangunan

Di tengah masyarakat Suriah yang masih konservatif, perempuan biasanya sudah menikah dalam usia 20-an. Namun, kurangnya "stok" perjaka membuat norma itu kini diabaikan.

"Kini, karena krisis, seorang perempuan bisa menikah dalam usia 32 tahun tanpa mendapat julukan perawan tua," kata Salam Qassem, seorang guru besar psikologi di Damaskus.

Halaman:
Sumber Al Arabiya
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com