Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 18/02/2018, 15:32 WIB
Veronika Yasinta

Penulis

Sumber BBC

YEREVAN, KOMPAS.com - Dalam ruangan yang sunyi, anak-anak tertib tanpa amarah atau suara keras. Mereka terlihat tenggelam dalam permainan catur yang berlangsung hingga dua jam.

Tak lupa, mereka mencatat setiap gerakan di dalam buku catatan. Tapi ketika Davit (10) melakukan kesalahan, ada air mata yang mengalir dari matanya. Kemudian lengan keibuan memegang bahunya.

"Mereka hanya anak-anak," kata salah satu pengawas pertandingan, Maria.

Sementara di ruang tunggu, lantai bawah, puluhan orangtua, nenek, dan paman, dengan sabar menanti anak-anak keluar dari aula begitu pertandingan usai.

Menang, kalah, atau imbang, anak-anak tetap mendapat pelukan dari orang yang mereka sayangi.

Catur menjadi permainan yang telah menyebar secara global dan dinikmati jutaan orang di seluruh dunia.

Baca juga : Bidak Catur Berusia 800 Tahun Berpola Arab Ditemukan di Norwegia

Tak terkecuali di Armenia, sebuah negara Eropa-Asia yang wilayahnya berbatasan dengan Turki, Georgia, Azerbaijan, dan Iran ini memiliki kurikulum unik di sekolah.

Sejak 2011, semua anak usia 6 hingga 8 tahun wajib mengikuti pelajaran catur. Armenia menjadi negara pertama di dunia yang memasukan catur ke dalam kurikulum nasional.

Kejuaraan catur sekolah nasional menjadi bagian dari motivasi murid untuk belajar permainan papan persegi dengan 64 kotak itu.

Salah satu peserta kejuaraan, Mikhael, telah dinobatkan sebagai juara catur sekolah nasional, menambah deretan piala lain miliknya.

Usianya baru 11 tahun, namun dia sudah menekuni catur sejak berumur lima tahun.

"Saya belajar dari ayah dan kakek saya, kemudian pelajaran mingguan di sekolah," katanya kepada BBC.

Baca juga : Armenia Ingin Tingkatkan Perdagangan Kopi dengan Indonesia

Salah satu pahlawan yang diidolakan Mikhael adalah Levon Aronian. Pria asal Armenia berusia 35 tahun tersebut pernah menempati posisi sebagai pecatur terbaik kedua di dunia.

Aronian menjadi bintang dan pahlawan nasional di sebuah negara yang tidak terbiasa sukses di bidang olahraga.

Ibu Mikhael, Nara mengatakan, putranya ingin menjadi juara dunia. Mikhael juga sering menonton pertandingan internasional untuk melatih kemampuannya.

"Kami tidak menekannya, itulah yang dia sukai, dan itu yang terpenting," ucapnya.

Ketekunan Mikhael terbayar. Dia memimpin peringkat catur nasional untuk pemain muda. Dalam beberapa tahun, dia bisa menjadi salah satu grandmaster termuda di dunia.

Saat ini, Armenia memiliki lebih dari 3.000 guru catur terlatih di sekolah.

Melalui dedikasinya, Mikhael dan ribuan anak telah membantu menempatkan Armenia dalam peta catur dunia.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Sumber BBC
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com