Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kelangkaan Air Ancam 11 Kota di Dunia, Jakarta Salah Satunya

Kompas.com - 12/02/2018, 16:07 WIB
Ervan Hardoko

Editor

3. Beijing (China)

Bank Dunia mengklasifikasikan kelangkaan air adalah ketika warga di lokasi tertentu mendapat kurang dari 1.000 meter kubik air tawar per orang per tahun.

Pada 2014, lebih dari 20 juta penduduk Beijing hanya mendapat 145 meter kubik per orang.

China dihuni oleh hampir 20 persen penduduk dunia namun hanya memiliki cadangan 7 persen air tawar dunia.

Sebuah studi di Universitas Columbia memperkirakan bahwa antara 2000 dan 2009, cadangan air China menurun hingga 13 persen.

Baca juga : Desalinasi, Solusi Banjir dan Penyediaan Air Baku Jakarta

Belum lagi masalah polusi. Angka resmi dari 2015 menunjukkan 40 persen air permukaan di Beijing begitu tercemar sehingga tidak berguna sama sekali bahkan untuk keperluan pertanian atau industri.

Pihak berwenang China mencoba mengatasi masalah tersebut dengan menciptakan proyek penanganan air besar-besaran.

Mereka juga membangun program-program pendidikan, serta kenaikan harga bagi penggunaan air untuk keperluan bisnis.

4. Kairo (Mesir)

Sungai Nil yang pernah begitu penting untuk pembentukan salah satu peradaban terbesar di dunia, kini mengalami masalah besar di zaman modern.

Sungai Nil adalah sumber dari 97 persen kebutuhan air Mesir tetapi juga merupakan muara dari sampah pertanian dan sampah rumah tangga yang yang tidak diolah.

Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan, dalam hal jumlah kematian terkait dengan pencemaran air, Mesir berada di antara urutan tertinggi di antara negara-negara berpenghasilan menengah ke bawah.

PBB memperkirakan negeri itu akan mengalami kelangkaan air pada 2025.

5. Jakarta (Indonesia)

Kendati banyak warga kota tak menyadari, Jakarta adalah kota pesisir. Dan seperti banyak kota pesisir lain, ibu kota Indonesia ini menghadapi ancaman kenaikan permukaan air laut.

Tapi di Jakarta, masalah ini diperparah dengan ulah manusia secara langsung. Karena kurang dari separuh dari 10 juta penduduk yang memiliki akses terhadap air leding, terjadi penggalian sumur secara serampangan.

Praktik ini menguras cadangan kantung air bawah tanah, hampir secara harafiah mengempiskannya.

Baca juga : Dialirkan Lewat Saluran Terbuka, Air Baku untuk Warga Jakarta Tercemar

Akibatnya, menurut perkiraan Bank Dunia, sekitar 40 persen wilayah Jakarta sekarang ini berada di bawah permukaan laut.

Keadaannya lebih buruk, kantung-kantung air itu tidak mengalami pengisian ulang meski turun hujan lebat karena seantero kota penuh beton dan aspal, sehingga lapangan terbuka pun tak bisa menyerap curah hujan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com