Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Turki Diduga Rekrut Mantan Anggota ISIS untuk Perang di Suriah

Kompas.com - 09/02/2018, 19:48 WIB
Agni Vidya Perdana

Penulis

ANKARA, KOMPAS.com - Sebagian besar tentara dari Pasukan Pembebasan Suriah (FSA) yang membantu pasukan Turki dalam operasi militer "Ranting Zaitun" di Afrin diduga adalah mantan anggota ISIS.

Dilaporkan The Independent, yang melakukan wawancara telepon dengan seorang mantan anggota ISIS di Suriah, Turki merekrut dan melatih kembali bekas anggota ISIS untuk memimpin serangan ke daerah kantong Kurdi di Afrin.

"Kebanyakan dari mereka yang bertempur melawan YPG (Unit Perlindungan Rakyat Kurdi) adalah mantan ISIS, meskipun Turki telah melatih dan mengubah taktik penyerangan mereka," kata Faraj, mantan anggota ISIS yang masih berhubungan dekat dengan gerakan kelompok ekstremis.

"Turki pada awal operasinya mencoba menyesatkan orang-orang dengan mengatakan sedang memerangi ISIS, namun sebenarnya mereka melatih dan mengirim mereka ke Afrin," tambah Faraj, dikutip The Independent.

Baca juga: Turki Serang Wilayah Kurdi Suriah, AS dan Perancis Bereaksi

Sekitar 6.000 tentara Turki dan 10.000 anggota milisi FSA menyeberang ke Suriah pada 20 Januari 2018 lalu dengan tujuan mengusir keluar YPG dari Afrin.

Beberapa pasukan FSA yang bertempur di Afrin, secara mengejutkan terbuka dengan kesetiaan mereka kepada Al-Qaeda dan cabang-cabangnya.

Sebuah video yang diunggah ke internet menunjukkan tiga tentara tak berseragam menyanyikan yang memuji pertempuran di masa lalu.

"Bagaimana kita teguh pada Grozny (Ceko) dan Dagestan (Kaukasus Utara). Dan kami membawa Tora Bora (bekas markas Osama bin Laden). Dan sekarang Afrin memanggil kita," kata para tentara dalam video.

Ditulis The Independent, para anggota ISIS bergabung dengan FSA dan Turki karena berada dalam tekanan oleh Ankara.

Dari sudut pandang Turki, perekrutan mantan anggota ISIS dapat menguntungkan karena mereka mendapat sekelompok besar tentara profesional dan berpengalaman.

Keuntungan lain, karena eks ISIS yang bukan warga Turki, maka jika mereka menderita korban serius tidak akan terlalu berdampak pada pemerintah Turki.

Baca juga: Turki Bakal Tempatkan Militer di Qatar

Menurut Faraj, komandan Turki melarang eks ISIS untuk menggunakan taktik tradisional seperti penggunaan bom mobil atau bom bunuh diri karena terlalu memperlihatkan kerja sama Turki dengan ISIS.

Turki menyadari penggunaan anggota ISIS dalam pertempuran di Afrin, meski melabeli mereka sebagai FSA, akan tetap menuai kritik internasional.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com