CAMBRIDGESHIRE, KOMPAS.com - Kompetisi kejar keju gelinding di sebuah desa penghasil keju Stilton di Inggris tidak lagi digelar.
Penyelenggara acara tahunan tersebut mengklaim kompetisi itu tidak lagi terlihat keren.
Dilansir dari Metro, Senin (22/1/2018), perhelatan tersebut diselenggarakan setiap tahun di desa Cambridgeshire, sebelah timur Inggris, sejak pertengahan abad 20.
Warga biasanya berkumpul pada awal Mei untuk menggelindingkan keju Stilton berbentuk silinder di sepanjang jalan.
Keju Stilton merupakan keju yang terbuat dari susu sapi yang dipasteurisasi dan memiliki tekstur bercorak biru, karena penambahan jamur pada proses pembuatannya.
Baca juga : Di Perancis, Keju Senilai Rp 161 Juta Digondol Maling
Asosiasi komunitas Stilton mengonfirmasi keputusan peniadaan kompetisi kejar keju gelinding. Keputusan itu diambil setelah satu bulan diskusi.
"Dalam beberapa tahun terakhir, ada sedikit antusiasme yang mengecewakan dalam acara keju gelinding. Pada 2017, hanya ada dua tim yang mendaftar," tulisnya di Facebook.
"Untuk menyelenggarakan kompetisi ini, kami membutuhkan 12 hingga 16 tim pria dan 8 hingga 12 tim perempuan. Namun, kami tidak pernah mencapai target dalam empat tahun terakhir," tambahnya.
"Sedikit kaum muda yang tertarik untuk bergabung, namun acara ini tidak lagi dipandang keren," tulisnya.
Baca juga : Bocah 3 Tahun di AS Tewas Setelah Makan Sandwich Keju
Asosiasi menyatakan permintaan maafnya karena telah mengecewakan warga yang telah ambil bagian dalam beberapa tahun terakhir.
Berakhirnya kompetisi kejar keju gelinding akan berdampak pada berkurangnya pendapatan usaha lokal dan organisasi desa.
"Kami berharap masyarakat akan memberikan ide baru untuk menarik kunjungan," katanya.
Namun, pernyataan asosiasi justru mendapat balasan dari penduduk setempat.
"Mengapa masyarakat (penduduk desa) tidak diinformasikan tentang panitia yang membutuhkan ide baru, sebelum membuat keputusan penting terkait acara tahunan ini," ujar salah satu warga setempat, Dave Skelton.
"Menangkap keju setiap tahun menjadi bagian dari masa kecil saya, sekarang anak-anak saya tidak akan bisa menikmati ritual keluarga ini," tulis seorang warga lokal, Barry Neal.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.