Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ekstremis Kulit Putih Dominasi Kasus Pembunuhan di AS Sepanjang 2017

Kompas.com - 19/01/2018, 11:38 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber NBC News

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Sebuah lembaga asal Amerika Serikat (AS) melansir data jumlah kasus pembunuhan yang dilakukan kelompok ekstremis di negara itu sepanjang 2017.

Liga Anti-Penistaan (ADL), organisasi keagamaan yang berkedudukan di New York memaparkan, terdapat 34 kasus pembunuhan yang berkaitan dengan kelompok ekstremis.

Dilansir NBC News Kamis (18/1/2018), 18 di antara 34 kasus pembunuhan kelompok ekstremis dilakukan oleh supremasi kulit putih.

Sementara kelompok ekstremis keagamaan menorehkan sembilan kasus di Negeri Paman Sam.

Adapun pembunuhan karena kelompok ekstremis kulit hitam mencapai lima kasus sepanjang tahun lalu.

CEO ADL, Jonathan Greenblatt menuturkan, tingginya kasus pembunuhan yang dilakukan ekstremis kulit putih dikarenakan mulai maraknya pergerakan Alternative Right.

Baca juga : Trump Kecam Insiden di Virginia, Tak Singgung Supremasi Kulit Putih

Alternative Right, atau disingkat Alt-Right, adalah paham ultra sayap kanan dan memunculkan neo-Nazi maupun neo-Fasis.

Meningkatnya Alt-Right, kata Greenblatt, membuat banyak orang di AS menjadi semakin rasialis.

Puncaknya adalah insiden yang terjadi di Charlottesville, Virginia, 11-12 Agustus 2017.

Saat itu, massa sayap kanan melakukan aksi United the Right Rally untuk menentang pencopotan patung tokoh Konfederasi, Jenderal Robert E Lee di Taman Emansipasi.

Bentrokan antara massa pendukung pencopotan dengan yang kontra membuat tiga orang dilaporkan tewas, dan 38 lainnya terluka.

"Penting agar tetap waspada terhadap pergerakan yang dilakukan kelompok supremasi kulit putih. Sebab, mereka berpotensi menimbulkan kekacauan kembali," papar Greenblatt.

Greenblatt melanjutkan, pembunuhan yang disebabkan kelompok ekstremis keagamaan paling besar terjadi pada 31 Oktober 2017.

Saat itu, imigran Uzbekistan bernama Sayfullo Saipov menabrakkan pikap sewaan ke pejalan kaki di New York.

Akibat aksi tersebut, delapan orang tewas, termasuk warga negara Belgia dan Argentina, serta melukai puluhan orang.

Dalam perkembangannya, Kepolisian New York menyatakan bahwa Saipov melakukan aksinya atas nama Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).

Lebih lanjut, 34 kasus pembunuhan yang terjadi pada 2017 merupakan jumlah terbanyak kelima sejak ADL memulai penelitiannya pada 1970.

Jumlah terbanyak terjadi pada 2016 di mana ADL mengungkap adanya 71 kasus pembunuhan oleh kelompok ekstremis.

Nomor dua terjadi di 2015 dengan jumlah kasus pembunuhan mencapai 69 buah.

Baca juga : Tersangka Penembak Dallas Ingin Membunuh Warga Kulit Putih

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber NBC News
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com