Gangster punya klub rugbi
“Nama saya Rajalinggam,” begitu seorang pria setengah baya memperkenalkan diri.
Dengan kendaraan putihnya, dia siap mengantar kami ke tempat meeting di kawasaan Jackson International Airport.
Pria yang bisa berbahasa Indonesia ini ternyata pernah tinggal dan bekerja di Indonesia cukup lama dan kebetulan dari etnis India yang berasal dari Malaysia.
“Hampir 90 persen pekerja di kawasan bandara merupakan pendatang,” demikian Rajalinggam menjelaskan ketika mobil sudah meluncur melewati pintu gerbang yang dijaga ketat.
Baca juga: China Bangun Infrastruktur di Papua Niugini, Australia Mulai Khawatir
Raja pun bercerita, dia hanya bepergian dari tempat tinggal ke kantor setiap hari dan selalu berusaha pulang kerja sebelum matahari tenggelam.
Ada beberapa tempat rawan di mana para raskol (dalam bahasa Tok Pisin berasal dari rascal alias begal) sering mengadang, merampok, kadang juga melukai korbannya.
Menurut informasi, ada beberapa kelompok raskol kenamaan di sana, seperti Bomai, Kip Koboni, Mafia, dan 585.
Kelompok Bomai termasuk yang paling ditakuti dan konon bermarkas di kawasan 4 Miles. Mereka melakukan segala bentuk kriminalitas, mulai dari mencuri, menggarong, membegal, membajak kendaraan, bahkan sampai memerkosa.
Oleh karena itulah di kota ini bukan hanya para ekspatriat, melainkan juga penduduk lokal yang sudah mapan ikut menggunakan jasa pengamanan.
Ada pula kelompok Kip Koboni yang bermarkas di Kaugere, sebelah selatan kota. Bahkan, kelompok ini memiliki klub rugbi tersendiri, yaitu Kaugere Buldog.
Anggotanya umumnya berasal dari suku Motu yang berasal dari pesisir di sekitar Port Moresby.
Pertarungan antarkelompok suku juga kadang-kadang meramaikan dunia hitam di Port Moresby. Selain suku Motu, ada juga suku dari pegunungan, yaitu suku Tari.
Untuk bepergian terkadang harus beriringan dan dikawal ketat bak rombongan pejabat di Tanah Air.
Baca juga: WNI Jadi Korban Penembakan di Papua Niugini
Karena kondisi itu, tak heran jika bisnis yang paling menguntungkan di kota ini adalah bisnis pengamanan.
Dampak lain, harga-harga dan biaya hidup menjadi jauh lebih mahal dibandingkan dengan di kota lain.
Dalam pengamatan saya, harga hotel di kota ini juga merupakan salah satu yang paling mahal di dunia, nyaris menyamai Tokyo dan New York. (Taufik Hidayat, kontributor majalah Intisari)
Berita ini sudah dimuat di Intisari dengan judul: Inilah Kota Paling Berbahaya di Dunia, Letaknya di Sebelah Indonesia
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.