Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PM Thailand Bikin Bingung dengan Tinggalkan Ini Saat Konferensi Pers

Kompas.com - 09/01/2018, 18:14 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

BANGKOK, KOMPAS.com - Perdana Menteri sekaligus pemimpin junta militer Thailand, Jenderal Prayuth Chan-o-cha, membuat wartawan di gedung pemerintahan bingung.

Sebab, di tengah konferensi pers Senin (8/1/2018), Chan-o-cha tiba-tiba memajang sebuah papan gambar dirinya di sebelahnya.

Deutsche Welle melaporkan Selasa (9/1/2018), awalnya konferensi pers berlangsung normal.

Jenderal 63 tahun itu menjawab pertanyaan awak media terkait kegiatan Hari Anak di Thailand.

Baca juga : Beredar Foto Yingluck Shinawatra di London, Thailand Kontak Interpol

Namun, ketika pertanyaan mulai menjurus ke arah kebijakan politik, pengawal perdana menteri langsung datang dan memasang papan gambar Chan-o-cha.

"Jika Anda ingin bertanya seputar politik atau konflik, tanya saja dia," kata Chan-o-cha sembari berlalu.

Sontak "kejutan" tersebut membuat sejumlah awak media tertawa serta kebingungan.

Juru bicara pemerintah, Werachon Sukondhapatipak berkata bahwa sang perdana menteri hanya bermaksud bercanda.

"Dia masih mempunyai agenda konferensi pers Selasa," kata Sukondhapatipak kepada kantor berita dpa.

Namun, kalangan oposisi mengecam tindakan yang dilakukan Chan-ocha.

"Jika Anda perdana menteri, namun tidak siap berbicara politik, lebih baik Anda mundur saja," kata Pavin Chachavalpongpun di Facebooknya.

Deutsche Welle memberitakan ini bukan pertama kalinya Chan-o-cha bertingkah membingungkan di depan awak media.

Pada 2014, atau awal Chan-o-cha menjabat, dia pernah memukul kepala dan menjewer telinga seorang jurnalis yang tengah membungkuk dengan mik di tangan saat konferensi pers berlangsung.

Chan-o-cha juga pernah dilaporkan membuang kulit pisang ke kameramen, dan dengan nada bercanda mengancam bakal mengeksekusi siapa pun yang mengkritik junta militer.

Ketika melengserkan Yingluck Shinawatra lewat sebuah kudeta di 2014, Chan-o-cha dipuja.

Namun, seiring berjalannya, pujaan itu berubah menjadi kritik tatkala pemerintahannya dianggap tidak transparan menggerus kebebasan berpendapat publik.

Baca juga : Ketika Terapi Memutihkan Penis Sedang Tren di Thailand

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com