NEW YORK, KOMPAS.com - Dewan Keamanan (DK) PBB dilaporkan bakal menggelar pertemuan darurat di markas besar mereka di New York, Amerika Serikat (AS).
Juru bicara Kementerian Luar Negeri AS, Heather Nauert menyebut, pertemuan darurat tersebut bakal diselenggarakan Jumat (5/1/2018).
Melalui kicauan di Twitternya Kamis (4/1/2018), Iran bakal menjadi topik utama yang dibahas.
Mantan jurnalis berusia 47 tahun tersebut berkata, AS berharap PBB bisa menyerukan dukungannya terhadap protes yang dilakukan anti-pemerintah Presiden Hassan Rouhani.
Baca juga : Demo di Iran, Dubes AS untuk PBB Serukan Rapat Darurat Dewan Keamanan
"Kami mengutuk aksi rezim Iran yang telah membuat banyak warga tewas, dan menahan sedikitnya 1.000 orang sepanjang pekan unjuk rasa," kata Nauert.
Tomorrow, the @UN Security Council will hold an emergency meeting on #Iran. We condemn the deaths to date and the arrests of at least 1,000 Iranians by the Iranian regime during this week’s protests and call on the UN to speak out in support of the Iranian people. #IranProtests.
— Heather Nauert (@statedeptspox) January 5, 2018
Selain itu, Nauert juga menyatakan bahwa Departemen Keuangan AS telah menjatuhkan sanksi baru kepada Iran.
Sanksi tersebut diarahkan kepada lima industri yang dianggap menjadi pengembang program rudal balistik.
"Program ini dianggap prioritas bagi pemerintah dibanding kehidupan sehar-hari rakyatnya," demikian bunyi pernyataan kementerian keuangan.
Sebelumnya, Duta Besar AS untuk PBB, Nikki Haley, menyerukan agar DK PBB menggelar pertemuan demi membahas konflik di Iran.
"Rakyat di Iran menginginkan kemerdekaan. PBB harus bersikap soal ini," tegas Haley Rabu (3/1/2018).
Seruan Haley mendapat peringatan dari Rusia melalui Deputi Kementerian Luar Negeri Sergei Ryabkov.
"Kami menghimbau AS agar jangan coba-coba mengintervensi urusan dalam negeri Republik Islam Iran," kata Ryabkov.
Ryabkove memaparkan, dia yakin Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei dan Presiden Hassan Rouhani bakal meredam gejolak.
Unjuk rasa yang telah terjadi di Iran sejak Kamis pekan lalu (28/12/2017) di Masyihad dan sejumlah kota besar lainnya itu telah menelan 21 orang korban jiwa.
Demonstrasi untuk memprotes kenaikan harga itu menjadi yang terburuk sejak hasil pemilu 2009 yang memenangkan Mahmoud Ahmadinejad.
Saat itu, seperti dilansir oleh Russian Today, selama tiga bulan, 36 orang dilaporkan tewas.
Baca juga : Rusia Peringatkan AS Tidak Ikut Campur Masalah di Iran
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.