Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

10 Tahun Berlalu, Misteri Pembunuhan Benazir Bhutto Belum Terungkap

Kompas.com - 28/12/2017, 11:44 WIB


Plot maut

Proses hukum terhadap Musharraf macet karena dia mengasingkan diri ke Dubai, sementara Putra Benazir Bhutto dan pewaris politiknya, Bilawal, menolak penyangkalan jenderal itu.

"Musharraf mengeksploitasi seluruh situasi untuk membunuh ibu saya," katanya.

Sementara kasus Musharraf masih belum diproses, tersangka lain dibebaskan dari kejahatan tersebut.

Dalam beberapa minggu setelah pembunuhan tersebut, lima tersangka mengaku membantu Bilal yang berusia 15 tahun, yang membunuh Bhutto atas perintah Taliban Pakistan dan Al-Qaeda.

Orang pertama yang ditangkap, Aitzaz Shah, adalah yang ditugaskan oleh Taliban Pakistan menjadi pembom bunuh diri untuk membunuh Bhutto.

Baca juga : Taliban Serang Sekolah Pakistan Saat Maulid Nabi

Dua lainnya, Rasheed Ahmed dan Sher Zaman, mengaku sebagai pelaksana perencanaan persekongkolan itu dan dua sepupu yang tingal di Rawalpindi, Hasnain Gul dan Rafaqat Hussain, mengatakan kepada pihak berwenang bahwa mereka menyediakan akomodasi bagi Bilal pada malam sebelum pembunuhan tersebut.

Meskipun pengakuan ini kemudian dicabut, catatan telepon yang menunjukkan lokasi dan komunikasi para tersangka pada jam-jam sebelum pembunuhan Benazir Bhutto tampak menguatkan pengakuan-pengakuan itu.

Hasnain Gul juga memberi petunjuk beberapa bukti fisik di apartemennya kepada polisi.

DNA dari bagian tubuh Bilal dikumpulkan setelah serangan itu dan diuji di laboratorium Amerika Serikat.

Baca juga : Pakistan dan Arab Saudi Gelar Latihan Gabungan Anti-teroris

Hasilnya, DNA itu sesuai dengan DNA pada beberapa sepatu latihan, topi dan selendang Bilal yang ditinggalkan di kediaman Hasnain saat dia mengenakan rompi bunuh diri.

Beberapa bulan yang lalu jaksa yakin terduga komplotan ini akan dihukum. Namun pada September kasus tersebut ambruk. Hakim menyatakan terjadi kesalahan prosedural dalam cara pengumpulan dan pengajuan bukti ke pengadilan, yang berarti para terdakwa harus dibebaskan.

Jaksa mengajukan banding, dan kelima orang tersebut masih mendekam dalam tahanan.

Benazir Bhutto adalah perempuan pertama yang menjadi kepala pemerintahan di Pakistan. (BBC)
Benazir Bhutto adalah perempuan pertama yang menjadi kepala pemerintahan di Pakistan. (BBC)

Siapa Benazir Bhutto?

Tokoh yang dominan dalam politik Pakistan, Bhutto dua kali menjabat sebagai perdana menteri, dari 1988-1990 dan dari 1993-1996.

Muda dan glamor, dia berhasil mencitrakan dirinya sebagai kontras yang menyegarkan terhadap kemapanan politik Pakistan yang didominasi laki-laki.

Tapi setelah kejatuhannya yang kedua dari kursinya, dia menjadi terkait sejumlah korupsi dan pemerintahan yang buruk.

Benazir meninggalkan Pakistan pada 1999 untuk mengasingkan diri, namun kembali pada Oktober 2007 setelah Presiden waktu itu, Parvez Musharraf memberikan amnesti kepadanya dan sejumlah terduga korupsi lain.

Baca juga : AS Sayangkan Pembebasan Teroris Mumbai oleh Pakistan

Dia dijadwalkan untuk ikut dalam pemilihan yang diselenggarakan oleh Musharraf pada Januari 2008.

Namun arak-arakan pulang kampung yang dilakukannya di Karachi diserang bom oleh para terduga militan. Dia selamat dari serangan yang menewaskan lebih dari 150 orang tersebut, namun kemudian terbunuh dua bulan kemudian dalam serangan berikutnya.

Suaminya menjadi presiden

Di Pakistan memang biasa mendengar orang menuduh duda Benazir Bhutto, Asif Zardari telah merancang pembunuhan tersebut. Tuduhan ini biasanya didasarkan pada anggapan bahwa dia adalah orang yang paling diuntungkan, karena menjadi presiden setelah kematian Benazir.

Namun, para ahli teori konspirasi tidak memunculkan satu bukti pun untuk menunjukkan bahwa Asif Zardari terlibat dalam kematian istrinya. Dia membantah keras tuduhan tersebut.

Asif Zardari menghadapi tuduhan lain. Meski memiliki kekuasaan kepresidenan, dia tidak menyelidiki pembunuhan istrinya dengan patut.

Dokumen resmi rahasia yang berkaitan dengan penyelidikan dan diperoleh oleh BBC menunjukkan penyelidikan polisi dilakukan dengan sangat buruk karena mereka tidak pernah ingin menemukan pihak yang bersalah di luar komplotan rendahan yang telah mereka tangkap.

Azif Zardari menyatakanmereka yang tak pernah mengalami duka sebagaimana dia alami, harus berhenti menuduhnya.  (BBC) Azif Zardari menyatakanmereka yang tak pernah mengalami duka sebagaimana dia alami, harus berhenti menuduhnya. (BBC)

Buruknya penyelidikan polisi terutama terlihat dari kegagalan mereka mengungkap penyerang Bhutto pada 18 Oktober 2007, dua setengah bulan sebelum dia terbunuh.

Dua pengebom bunuh diri menyerang konvoi dan membunuh lebih dari 150 orang, yang tetap merupakan salah satu serangan paling mematikan yang pernah dilakukan oleh para pelaku jihad maut di Pakistan.

Upaya polisi begitu setengah-setengah sehingga pengebom itu bahkan tidak pernah diidentifikasi.

Tokoh yang memimpin penyelidikan tersebut, Saud Mirza, mengatakan seorang yang dia tetapkan sebagai seorang pengebom memiliki ciri khas yang menunjukkan bahwa dia berasal dari komunitas orang-orang keturunan Afrika di Karachi.

Baca juga : Guru Pegawai Negeri di Pakistan Dilarang Menjadi Jurnalis

Itu petunjuk yang bisa sangat penting tentang identitas pengebom itu, namun petunjuk itu tidak pernah dirilis ke publik.

Mantan Presiden Zardari menjawab kritik tentang ketelitian kerja polisi dengan menunjukkan bahwa dia mendorong dinas rahasia Inggris, Scotland Yard terkait pembunuhan tersebut dan mengangkat sebuah komisi penyelidikan PBB untuk menyelidiki pembunuhan Benazir.

Penyelidikan tersebut, bagaimanapun berulang kali dan secara terang-terangan diblokir tidak hanya oleh militer tetapi juga para menteri Zardari.

"Ada banyak orang dalam pemerintahan yang kami ingin wawancarai namun mereka menolak," kata Heraldo Munoz, kepala komisi PBB.

Dia mengatakan beberapa kendala datang dari para politisi maupun militer. Seiring penyelidikan berlanjut, rumah aman yang digunakan tim PBB dibatalkan, begitu pula personil anti-teroris yang melindungi staf PBB.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com