Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Natal Tak Lagi Gemerlap di Venezuela...

Kompas.com - 25/12/2017, 01:23 WIB
Palupi Annisa Auliani

Penulis


KOMPAS.com
—Marilyn Pitre membawa keluarganya pada malam Natal melalui Altamira Plaza di ibu kota Venezuela, menyaksikan kerlap-kerlip lampu-lampu dan pohon raksasa dari susunan bola lampu yang pernah disandingkan dengan pohon serupa di Rockefeller Center, New York City, Amerika Serikat.

Namun, itu Natal yang telah lewat, saat krisis belum meruntuhkan ekonomi Venezuela. Kali ini, ibu dua anak itu bahkan tak berani mengajak anak-anaknya keluar rumah selepas matahari tenggelam.

Perampok, hal yang dikhawatirkan perempuan berusia 40 tahun itu setiap harus keluar rumah begitu malam tiba. Pada tahun ini, dalam kenangan Pitre, untuk pertama kalinya tak ada kemeriahan lampu pada malam Natal. Pitre tak sendirian merasakan Natal yang gelap ini.

Suasana hati banyak orang di Venezuela bisa jadi tak beda dengan Pitre. Negara yang dulu makmur karena cadangan minyak terbesar dunia, kini penduduknya bahkan harus menahan diri untuk sekadar membeli hadiah dan hidangan Natal.

Tentu saja, lagi-lagi mereka yang paling tak beruntung adalah orang-orang miskin. Tempat sampah sudah menjadi salah satu sumber mereka mendapatkan makanan sekarang.

Pitre, yang dijumpai Assosiated Press pada petang yang cerah sehari menjelang Natal, mengaku mencoba memaknai Natal melampaui segela kekurangan dan konflik politik di negaranya sekarang. "Meski tak lagi sama dengan Natal yang lalu," ujar dia.

Berpenduduk sekitar 30 juta jiwa, Venezuela adalah pemilik cadangan minyak terbesar di dunia. Namun, harga minyak mentah yang anjlok sejak 2014 telah membuat ekonomi negara ini luluh lantak. Keresahan sosial tak terhindarkan pula.

Inflasi melonjak tinggi. Orang-orang kehabisan uang tunai. Obat dan makanan semakin susah didapatkan pula.

Para demonstran yang membawa ketapel dan bom molotov dihadang pasukan keamanan di jalan raya yang membelah jantung kota Caracas, Venezuela, Rabu (3/5/2017).
Reuters Para demonstran yang membawa ketapel dan bom molotov dihadang pasukan keamanan di jalan raya yang membelah jantung kota Caracas, Venezuela, Rabu (3/5/2017).

Demo memprotes pemerintahan Presiden Nicolas Maduro pada awal 2017 memakan korban 120 orang pengunjuk rasa tewas di pelataran Altamira Plaza dan jalanan Venezuela, dalam aksi selama empat bulan.

Pada akhir 2017, inflasi di Venezuela diperkirakan menembus 2.400 persen. Merujuk Henkel Garcia, direktur firma konsultan Econometrica yang berbasis di Caracas, upah minimum warga Venezuela sekarang hanya di kisaran seperlima daya beli dua dekade silam ketika Presiden Hugo Chavez meluncurkan revolusi sosial.

"Ini adalah Natal paling gelap yang pernah kami miliki," kata Guianfranco Perozo (23 tahun), warga Venezuela yang harus bekerja dobel untuk bisa makan, seperti dikutip AP.

Ditemui AP saat mencari minyak goreng di pasar, Perozo hanya mengangkat bahu ketika disinggung soal hadiah Natal. Menurut dia, uang yang tersisa setelah belanja akan dibelikan popok untuk bayi perempuannya yang berusia 8 bulan.

"Tidak ada yang bisa dirayakan," kata Perozo. "Terlalu banyak orang lapar. Terlalu banyak orang yang makan sampah."

Kerusuhan mewarnai Venezuela menjelang Natal ini. Kelangkaan bensin memicu antrean mengular di setiap pompa bensin. Masyarakat di pinggiran Caracas yang kelaparan memprotes kelangkaan pangan dan membakar sampah.

Penjatahan air pun sudah jadi hal jamak di negeri ini. Listrik tak lagi mengalir sepanjang hari, dengan pemadaman bisa terjadi sampai 5 jam per hari. Orang-orang pun mulai berusaha meninggalkan Venezuela.

Sejumlah pria bekerja di sebuah tambang emas di tepi sungai El Callao, Bolivar, Venezuela Tenggara, Jumat (24/2/2017). Di penambangan ilegal itu, sejumlah warga bekerja dengan tingkat risiko keselamatan tinggi demi menyambung hidup.AFP PHOTO / JUAN BARRETO Sejumlah pria bekerja di sebuah tambang emas di tepi sungai El Callao, Bolivar, Venezuela Tenggara, Jumat (24/2/2017). Di penambangan ilegal itu, sejumlah warga bekerja dengan tingkat risiko keselamatan tinggi demi menyambung hidup.

Antonieta Lopez (35), misalnya, harus merayakan Natal pada tahun ini tanpa sang suami. Suaminya harus mengais pekerjaan di Chile setahun ini. Itu pun, uang yang didapat tak seberapa, hanya bisa disisihkan untuk membeli dua topeng untuk hadiah Natal anak semata wayang mereka.

Evelyn Avellaneda (70), ibu Lopez, mengaku tak lagi bisa menyajikan masakan Natal seperti tahun-tahun lalu. Sebotol anggur pun tiada.

Banyak orang melintas di depan pertokoan di Caracas. Namun, hanya segelintir yang mampir membeli sesuatu. Kalaupun ada barang murah yang bisa dibeli, antreannya panjang.

"Ada antrean di bank, antrean di toko. Antrean di mana-mana," ujar Avellaneda lirih.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com