Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 17/12/2017, 22:47 WIB

HANGZHOU, KOMPAS.com - Ketika usianya masih tiga hari, Kati Pohler ditinggalkan oleh orangtuanya di sebuah sudut pasar di Hangzhou, China.

Orangtuanya, Lida dan Fenxiang, hanya meninggalkan catatan pada selembar kertas tentang harapan untuk bertemu kembali dengan sang anak di sebuah jembatan terkenal di kota itu dalam 10 atau 20 tahun kemudian.

Setahun kemudian, bayi itu diadopsi oleh keluarga Ken Pohler dari Michigan, Amerika Serikat, dari sebuah panti asuhan di Suzhou, China. Mereka membawa serta catatan tersebut.

Selama puluhan tahun, China memberlakukan kebijakan satu anak. Tidak main-main, bagi keluarga yang memiliki lebih dari satu anak, hukumannya denda uang yang mencekik, aborsi paksa atau disteril.

Dan pada tahun 1994, di luar kehendak, Fenxiang hamil anak kedua. Berusaha merahasiakannya, tetapi Lida dan Fenxiang bingung ketika dihadapkan jalan keluarnya.

"Saya berdosa apabila kami membunuh janinnya," Lida belakangan bersaksi.

Di hadapkan ketakutan dan kebingungan, Lida dan Fenxiang akhirnya berusaha meyakinkan diri sendiri. "Apabila kita tidak mampu membesarkannya, lebih baik kita melepaskannya." Lida mencoba mengingat lagi ucapan yang tidak akan dia lupakan sepanjang hidupnya.

Di sebuah pagi, hari ketiga setelah bayi itu lahir, keluarga miskin ini akhirnya memilih jalan untuk "melepaskan" sang bayi.

"Saya menyiapkan susunya, memeluknya, dan memeluknya. Lalu saya menuju ke pasar," sang ayah mencoba mengingat. "Saya ingat dia tidak menangis. Dia tertidur pulas."

Orangtua Kati, Lida dan Fenxiang, hanya meninggalkan catatan di atas kertas tentang harapan untuk bertemu kembali dengan sang anak di sebuah jembatan terkenal di kota itu kira-kira 10 atau 20 tahun kemudian.BBC Orangtua Kati, Lida dan Fenxiang, hanya meninggalkan catatan di atas kertas tentang harapan untuk bertemu kembali dengan sang anak di sebuah jembatan terkenal di kota itu kira-kira 10 atau 20 tahun kemudian.
"Saya menciumnya dengan lembut." Lida melakukannya dengan penuh kasih sayang karena dia menyadari itu adalah pertemuan terakhir mereka. Bayi itu kemudian ditinggalkan di atas tumpukan barang di depan sebuah toko.

Saat usianya memasuki 20 tahun, Kati Pohler -nama bayi yang ditinggalkan oleh orangtuanya di pasar- kemudian mencoba mencari orangtuanya, dan pada saat yang sama orangtua kandungnya di China masih berharap dan menunggu pertemuan di atas jembatan itu.

'Apakah saya lahir dari perutmu?'

Ibu angkatnya, Ruth Pohler mengaku Kati kecil pernah menanyakan latar belakang keluarga kandungnya dalam sebuah percakapan ringan. Ketika usianya menginjak lima tahun, misalnya, dia menanyakan siapa ibu kandungnya.

"Apakah saya lahir dari perutmu?" Kati mengulang pertanyaan anak angkatnya itu. "Dan saya jawab: tidak, kamu tidak lahir dari perutku."

Dia lantas menjelaskan bahwa dia lahir dari seorang perempuan yang tinggal di China. "Tapi percayalah kamu adalah belahan hatiku."

Menurutnya, Kati tidak terus-menerus mengajukan pertanyaan tentang siapa orangtua kandungnya. "Mungkin karena dia disibukkan hal lain."

Namun demikian, yang selalu diingat Ruth, sang anak angkat itu terlihat bahagia setiap mendapatkan jawaban atas apa yang menjadi keingintahuannya.

Selanjutnya: 'Kadang penasaran, tapi tidak saya besar-besarkan'

Halaman:


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com