MANILA, KOMPAS.com - Filipina menangguhkan program vaksinasi, setelah peringatan terhadap vaksin demam berdarah dengue (DBD) yang diberikan ke 733.000 anak sepanjang 2016 dapat memicu penyakit yang lebih parah.
Perusahaan farmasi raksasa Perancis, Sanofi Pasteur, sebelumnya mengaku data klinis Dengvaxia, lisensi pertama vaksin DBD, dapat menyebabkan penyakit lebih parah pada orang yang belum pernah terinfeksi virus dengue.
Dilansir dari The Independent, Sabtu (2/12/2017), pemerintah menunda program imunisasi sekolah terkait hal tersebut. Namun, lebih dari 733.000 telah diimunisasi dengan vaksin demam berdarah.
Baca juga : 7 Fakta Penting tentang Demam Berdarah
Perusahaan Sanofi Pasteur menyebut, Dengvaxia dapat memberikan manfaat perlindungan yang kuat pada manusia yang sebelumnya pernah menderita demam berdarah.
"Departemen Kesehatan siap menghadapi skenario terburuk," kata juru bicara Departemen Kesehatan Filipina, Eric Tayag.
Menurutnya, vaksin tersebut hanya diberikan kepada anak-anak berusia 9 tahun atau lebih. Skema imunisasi vaksin hanya dilakukan di daerah dengan dampak DBD yang sudah meluas.
"Mereka yang telah divaksinasi sedang ditindaklanjuti untuk efek buruknya," ucapnya.
Baca juga : Waspada, Anak Usia Sekolah Rentan Sakit Demam Berdarah
Dia menambahkan departemen kesehatan juga sedang memeriksa catatan rumah sakit untuk melihat kasus demam berdarah akut. Namun, perusahaan Sanofi Pasteur menyatakan dibutuhkan waktu lima tahun untuk mendeteksi kasus DBD yang parah.
Lebih dari 211.000 kasus demam berdarah pada tahun lalu, dengan sdikitnya, 1.000 orang telah meninggal.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.