Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anak Perempuan Rohingya Terpaksa Menikah demi Dapat Jatah Makanan

Kompas.com - 30/11/2017, 17:30 WIB
Agni Vidya Perdana

Penulis

DHAKA, KOMPAS.com — Anak perempuan Rohingya yang mengungsi ke Bangladesh dipaksa menikah demi mengamankan jatah makanan.

Alokasi bantuan makanan yang ditentukan per keluarga membuat anak-anak perempuan pengungsi Rohingya dinikahkan untuk menciptakan keluarga baru.

Di antara anak-anak perempuan tersebut bahkan ada yang masih berusia 12 tahun.

Program Pangan Dunia PBB mengalokasikan bantuan makanan per rumah tangga sehingga keluarga dengan jumlah anggota yang berbeda mendapat jatah bantuan makanan yang sama.

Dengan menikahkan anak perempuan mereka maka jumlah orang yang harus diberi makan di keluarga orangtua akan berkurang.

Sementara anak yang sudah menikah akan mendapat jatah bantuan sendiri. Demikian ditulis The Guardian, Kamis (30/11/2017).

Baca juga: Myanmar-Banglades Sepakati Pengembalian Rohingya dalam 2 Bulan ke Depan

Pengungsi Rohingya yang melarikan diri dari Myanmar menuju Bangladesh mencapai angka 600.000 jiwa.

Petugas medis mengatakan anak perempuan paling diincar sebagai sasaran kekerasan seksual di Rakhine.

Namun, saat tiba di Bangladesh, mereka kembali mendapatkan kekerasan dalam bentuk pernikahan dini.

Salah satu pengungsi anak perempuan di Bangladesh, Anwara yang masih berusia 14 tahun mengaku telah menikah dalam seminggu sejak tiba di kamp. Dan kini telah melahirkan seorang anak.

"Saya tidak mengerti apa yang terjadi, saya hanya merasa lemas dan tidak makan apapun. Saya tidak memberitahu siapapun apa yang saya pikirkan," kata dia.

Puluhan anak perempuan remaja di kamp pengungsian antara sudah menikah atau sedang dicarikan pasangan oleh orangtua mereka.

Demi jatah bantuan pangan

Bantuan pangan yang diberikan pada keluarga pengungsi Rohingya sebanyak 25 kilogram beras per keluarga yang dibagikan tiap dua minggu.

Jumlah bantuan tersebut dengan perhitungan tiap keluarga terdiri dari lima orang. Kenyataannya banyak keluarga lebih besar dari itu.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com