Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

10 Persen Obat di Negara Miskin Ternyata Palsu

Kompas.com - 29/11/2017, 09:15 WIB
Veronika Yasinta

Penulis


JENEWA, KOMPAS.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan satu dari 10 obat di negara miskin adalah palsu, sehingga menyebabkan kematian puluhan ribu anak-anak akibat penyakit malaria dan pneumonia setiap tahunnya.

Dilansir dari The Guardian, selasa (28/11/2017), para pakar meninjau 100 penelitian yang melibatkan lebih dari 48.000 obat-obatan. Sementara, 65 persen obat untuk malaria dan infeksi bakteri ditemukan palsu.

Direktur jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, sebanyak 72.000 hingga 169.000 anak-anak meninggal akibat pneumonia setiap tahunnya, setelah menerima obat-obat palsu tersebut.

Selain itu, sebanyak 116.000 kematian akibat malaria kebanyakan berasal dari wilayah sub-Sahara Afrika.

Baca juga : Awas Obat Palsu! Ini Cara Menghindarinya

"Bayangkan seorang ibu memberikan makanan dan kebutuhan dasar lainnya, termasuk membayar perawatan anaknya yang sakit. Namun, mereka tanpa sadar obat itu dipalsukan," katanya.

"Akibat perawatan itu ternyata menyebabkan anaknya meninggl. Ini tidak bisa diterima," tambahnya.

Obat-obatan palsu tersebut termasuk produk yang belum mendapat persetujuan dari pemerintah, obat yang gagal memenuhi standar kualitas, atau sengaja salah meracik ramuannya.

Baca juga : Kasus Obat Palsu, Keterlibatan Dokter Terungkap

Sebelumnya, pada 2013, WHO membentuk sistem pemantauan sukarela global untuk mengawasi obat ilegal dan palsu.

Hasilnya, sebanyak 1.500 obat ternyata bermasalah, termasuk obat untuk penyakit jantung, diabetes, kesuburan, mental, dan kanker.

WHO juga melaporkan masalah vaksi palsu untuk penyakit demam kuning dan meningitis.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com