BEIRUT, KOMPAS.com - Perdana Menteri Lebanon, Saad al-Hariri memang telah meralat keputusan pengunduran dirinya Rabu pekan lalu (22/11/2017).
Namun, masyarakat Lebanon masih bertanya-tanya tentang apa yang terjadi antara Hariri, Arab Saudi, dan Iran.
Ketika mengundurkan diri 4 November lalu, Hariri menyebut Iran sudah menguasai Lebanon lewat organisasi paramiliternya, Hezbollah.
Apalagi, sehari sebelum pengumuman itu dibuat (3/11/2017), Hariri sempat didatangi penasihat pemimpin tertinggi Iran.
Penasihat itu mendesak Hariri agar mengakui Hezbollah, dan mengecam baik Saudi maupun Amerika Serikat (AS).
Jika tidak, Hariri bakal dibunuh. Sama seperti ayahnya, Rafik al-Hariri, pada 2005.
Baca juga : Perdana Menteri Lebanon Tangguhkan Pengunduran Dirinya
Namun, pemimpin Hezbollah, Hassan Nasrallah, membantah kabar itu dan menyatakan bahwa Hariri mundur akibat tekanan dari Saudi.
Nasrallah merujuk kepada pengumuman pengunduran diri Hariri yang disampaikan di Riyadh, ibu kota Saudi.
Selain itu, ketika menerima undangan Presiden Perancis, Emmanuel Macron, Saudi berusaha menahan Hariri agar tidak pergi.
Dalam wawancaranya dengan kanal televisi Perancis C News, seperti diwartakan Al Jazeera Selasa (28/11/2017), Hariri menegaskan tidak ada tekanan dari Saudi.
"Apa yang terjadi di Saudi biarlah tetap di Saudi," ucap Hariri.
Hariri kembali menyatakan keputusannya untuk mundur dikarenakan pergerakan Hezbollah yang begitu kentara.
Hariri juga mengkhawatirkan keselamatan dirinya dan keluarganya.
"Hezbollah, sebagai kepanjangan tangan Iran, sudah berencana merebut Lebanon lewat kekuatan persenjataannya. Mereka membangun negara dalam negara," lanjut Hariri.
Baca juga : Hezbollah Tuduh Saudi Minta Israel untuk Menyerang Lebanon
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.