Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jelang Pembicaraan Damai, Serangan Udara di Suriah Tewaskan 57 Orang

Kompas.com - 27/11/2017, 08:09 WIB
Veronika Yasinta

Penulis

Sumber CNN,AFP


DAMASKUS, KOMPAS.com - Serangan udara dan granat di dua kota berbeda di Suriah, menewaskan 57 orang, termasuk penduduk sipil, pada Minggu (26/11/2017) waktu setempat.

Dilansir dari CNN, informasi yang dirilis oleh Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia yang berbasis di Inggris (SOHR) itu menyebutkan, serangan dilakukan dua hari sebelum pembicaraan damai Suriah yang dipimpin PBB dilakukan pada Selasa (28/11/2017), di Jenewa, Swiss.

Serangan udara milik Rusia menargetkan kelompok ISIS yang menguasai desa Al Shaafa, di provinsi Deir Ezzor, Suriah. Namun, sebanyak 34 penduduk sipil, termasuk anak-anak telah terbunuh.

Al Shaafa terletak wilayah di timur lembah Sungai Eufrat, salah satu area yang ditempati ISIS.

Baca juga : Perang Suriah Telah Membunuh 340.000 Orang Sejak Meletus pada 2011

Banyak korban lainnya menderita luka serius dan dalam kondisi kritis akibat serangan udara tersebut. SOHR menyebutkan korban tewas dapat bertambah.

Kementerian Pertahanan Rusia meluncurkan serangkaian serangan udara dengan bom jarak jauh Tu-22M3 sebanyak enam buah, yang menargetkan kelompok ISIS di sebelah timur laut Suriah.

Dalam pernyataannya, Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan, serangan udara itu diarahkan ke kubu pertahanan ISIS dan peralatan militer milik ISIS.

Namun belum jelas apakah serangan udara Rusia sama dengan serangan yang sama sebelumnya, di sebuah desa yang juga dikuasai Al Shaafa.

Baca juga : Rusia, Turki, dan Iran Bakal Bertemu Bahas Konflik Suriah

Secara terpisah, di timur Ghouta, kelompok pemberontak di pinggiran Damaskus, juga menerima serangan udara dan granat milik militer Suriah, yang telah menewaskan 23 orang, termasuk enam anak-anak.

Berbagai kelompok militan menguasai timur Ghouta dan daerah pinggiran Suriah selama lebih dari empat tahun. Timur Ghouta merupakan bagian dari empat zona deeskalasi di Suriah, yang telah dinegoisasikan oleh Rusia, Iran, dan Turki pada Mei lalu.

Secara teori, penduduk di area tersebut seharusnya berada di zona aman dari serangan udara, granat, dan peperangan.

Tetapi, situasi di dalam timur Ghouta justru mengerikan. PBB melaporkan wilayah tersebut mengalami kekurangan makanan dan kebutuhan medis.

Pada awal November 2017, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengestimasi sekitar 400.000 orang terkepung di timur Ghouta, tanpa ada jalan keluar.

Baca juga : Rusia Kembali Memveto Draft Penyelidikan Baru Militer Suriah

"Selama berbulan-bulan, akses terhadap bantuan untuk masyarakat di timur Ghouta telah dibatasi, dan ada pelanggaran HAM di sana," kata Elizabeth Hoff, Representatif WHO di Suriah.

"Saat ini mencapai titik kritis di mana ratusan orang, termasuk anak-anak dipertaruhkan. Jika mereka tak segera mendapat penanganan medis, mereka bisa meninggal," ucapnya.

Sejak perang Suriah meletus pada 2011, PBB melaporkan sekitar 400.000 penduduk sipil tewas. Lebih dari 5 juta warga Suriah telah meninggalkan negaranya, dan 6,3 juta orang berpindah tempat secara internal.

Kekerasan yang terus berlanjut terhadap warga sipil di Suriah dikecam oleh negara-negara Liga Arab, Uni Eropa, Amerika Serikat, dan negara lainnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber CNN,AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com