Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Putra Mahkota Saudi Sebut Ayatollah Ali Khamenei sebagai Hitler Baru

Kompas.com - 24/11/2017, 19:04 WIB
Ervan Hardoko

Penulis

Sumber AFP

RIYADH, KOMPAS.com - Putra mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman menyebut pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei sebagai "Hitler baru Timur Tengah".

"Pemimpin tertinggi Iran adalah Hitler baru Timur Tengah," ujar sang pangeran dalam wawancara yang dipublikasikan harian The New York Times, Kamis (23/11/2017).

"Kami belajar dari Eropa bahwa upaya untuk meredakan ketegangan tak berhasil. Kami tak ingin Hitler baru di iran mengulangi apa yang terjadi di Eropa di Timur Tengah," tambah Pangeran Mohammed bin Salman.

Arab Saudi dan musuh bebuyutannya, Iran sudah terlibat perang kata-kata sejak sebuah rudal yang ditembakkan dari Yaman berhasil dicegat di dekat bandara Riyadh pada 4 November lalu.

Baca juga : Macron Bertemu Putra Mahkota Arab Saudi. Ada Apa?

Kelompok pemberontak Houthi yang didukung Iran kemudian mengklaim bertanggung jawab atas penembakkan peluru kendali tersebut.

Sementara itu, Teheran berulang kali membantah telah memasok rudak kepada pemberontak Houthi dan Presiden Hassan Rouhani memperingatkan Arab Saudi soal kemampuan militer Iran.

Ketegangan ini berbariengan dengan pembersihan anti-korupsi yang dilakukan Pangeran Mohammed bin Salman yang sejauh ini sudah menjaring 200 orang pangeran, menteri, dan pengusaha.

Pangeran Mohammed bin Salman menganggap angin lalu pemberitaan yang menyebutnya tengah mengukuhkan kekuasaannya dengan langkah ini.

Sang putra mahkota malah mengatakan, sebagian besar pangeran, menteri, dan pengusaha yang kini ditahan di hotel Ritz-Carlton, Riyadh itu sudah menyatakan kesetiaan kepadanya.

Pernyataan ini dikeluarkan untuk menepis isu berkepanjangan tentang perlawanan internal terkait kemunculannya yang amat cepat.

Baca juga : Raja Arab Saudi akan Turun Takhta Pekan Depan?

Jaksa Agung Arab Saudi memperkirakan setidaknya 100 miliar dolar AS telah disalahgunakan atau dikorupsi selama beberapa dekade.

"Sebanyak satu persen bisa membuktikan bahwa mereka bersih dan kasusnya langsung dihentikan. Sementara empat persen lainnya mengatakan tak bersalah dan ingin membuktikannya di pengadilan," ujar sang pangeran.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com