Imbasnya, harganya pun menjadi mahal. Setiap pemberontak harus membayar 4.000 dolar AS, atau Rp 54,1 juta.
Sedangkan untuk keluarga dibanderol 20.000 dolar AS, sekitar Rp 270,8 juta.
Kolonel Ryan Dillon, Juru Bicara koalisi negara Barat untuk memerangi ISIS di Suriah mengatakan, sebenarnya mereka tidak ingin pemberontak itu bebas.
Namun, mereka memilih untuk mendiskusikannya dengan pemimpin lokal Suriah.
"Sebab, mereka yang sudah berjuang dan tewas untuk merebut Raqqa," kata Dillon.
Seorang mantan anggota ISIS asal Perancis menuturkan, dia dan keluarganya akan kembali ke negaranya guna merencanakan aksi teror lanjutan.
"Kami menyebutnya sebagai 'Hari Perhitungan'," kata anggota itu.
Adapun Raqqa diklaim sebagai ibu kota kekhalifahan ISIS sejak mendeklarasikan diri pada 2014.
Baca juga : ISIS Ubah Pangkalan Udara Hawija Jadi Lokasi Pembantaian dengan Kubur 400 Korbannya
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.