Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Serangan Udara Koalisi Arab Saudi Hancurkan Sistem Navigasi Bandara Sana'a

Kompas.com - 14/11/2017, 21:55 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber AFP

SANA'A, KOMPAS.com - Kesempatan bantuan kemanusiaan datang lewat jalur udara untuk membantu korban konflik Yaman terancam pupus.

Itu setelah serangan udara koalisi pimpinan Arab Saudi menghancurkan sistem navigasi Bandara Internasional Sana'a.

Hal itu dikatakan oleh Otoritas Penerbangan Sipil, organisasi yang dikuasai kelompok pemberontak Houthi.

"Serangan itu memberikan kehancuran total pada sistem navigasi radio VOR/DME," kata otoritas milik Houthi itu seperti dikutip kantor berita AFP.

Houthi melanjutkan, hancurnya sistem navigasi bandara bakal membuat PBB dan organisasi kemanusiaan lain bakal kesulitan menyalurkan bantuan mereka.

Sejak rudal Houthi mengincar bandara internasional King Khaled 4 November lalu, Saudi langsung memblokade Yaman dari darat, laut, dan udara.

Baca juga : Bantu Pemberontak Houthi, Saudi Sebut Iran Berusaha Menyatakan Perang

Minggu (12/11/2017), Riyadh mengumumkan bakal membuka sebagian blokade di wilayah yang masuk pengawasan mereka.

Antara lain bandara internasional di Aden, Seiyun, dan Pelabuhan Aden.

Namun, PBB merasa itu belum cukup. Sebab, bantuan tidak akan menjangkau korban konflik, terutama di Sana'a yang merupakan ibu kota Yaman.

Selain itu, mereka merasa pelabuhan di Aden tidak akan bisa menampung volume bantuan kemanusiaan yang cukup besar.

Senin (13/11/2017), PBB mendesak Saudi agar bersedia membuka blokade wilayah yang saat ini masih berada dalam jangkauan Houthi.

Salah satunya adalah Pelabuhan Hodeida di Laut Merah.

Duta Besar Saudi untuk PBB, Abdallah al-Mouallimi berkata hal itu bisa dilakukan.

Namun, Saudi harus memperketat penjagaan di sana sebelum mengijinkan kapal bantuan lewat.

Baca juga : Militer Yaman Rebut Pelabuhan Mokha dari Pemberontak Houthi

Pernyataan itu disesalkan koordinator bantuan PBB untuk Yaman, Jamie McGoldrick.

"Krisis kemanusiaan di sana benar-benar tidak bisa dibayangkan," kata Goldrick dari Jenewa, Swiss.

Konflik Yaman pecah pada 2014 saat Houthi merebut Sana'a yang notabene ibu kota Yaman dan mulai bergerak ke selatan menuju Aden.

Akibat serangan itu, Presiden Abed Rabbo Mansour Hadi yang diakui internasional terpaksa menyingkir.

Khawatir dengan pergerakan dan jumlah Houthi, yang diduga didukung Iran, Saudi dan sejumlah negara Arab yang menganut paham Sunni melakukan intervensi pada 2015.

Baca juga : Koalisi Pimpinan Arab Saudi Buka Wilayah Udara Yaman

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com