Mentega Susah Didapat, Warga Perancis Resah

PARIS, KOMPAS.com - Perancis tidak hanya dikenal karena memiliki kota-kota yang romantis, maupun menjadi salah satu kuil mode dunia.

Perancis juga dikenal karena produk makanan antara lain mentega dan croissant. Kini, Perancis terancam mengalami krisis produk olahan susu itu di dalam negeri.

Harian lokal Perancis, Le Monde Jumat (20/10/2017) melaporkan, di beberapa minimarket maupun perbelanjaan sudah mulai terjadi kelangkaan mentega.

Seperti Brittany, Normandy, Franche-Comté, maupun Centre-Val de Loire.

Beberapa warganet lewat media sosial mengunggah momen menyebalkan di mana mereka tidak mendapatkan mentega di pusat-pusat perbelanjaan.

Baca: Polisi Perancis Tangkap 10 Orang yang Berencana Menyerang Masjid

Salah satu keluhan diunggah Marie Andree Luherne lewat akun Twitter-nya.

"Jadi, disana, aku hanya melihat rak kosong. SOS wilayah Brittany," ujarnya.

Alors là.. carrément plus de #beurre .... rayon complètement vide #Bretagne "SOS pour les bretons sans beurre" #pénurie #lait @ReseauFnpl pic.twitter.com/AeQ3ttTJ1j

— marie andree luherne (@MaLuherne56) October 19, 2017

Sementara netizen lainnya, Fabri Cerestier, menyalahkan Presiden Emmanuel Macron karena terlalu sibuk dengan urusan Uni Eropa (UE).

"Hei Macron, inilah yang terjadi jika kamu terlalu mengurusi UE!" kara Cerestier seperti dilansir The Local.

Hé #Macron, voilà ce qui arrive lorsque ton #UE s'occupe de quelque chose!
#beurre #pénurie #bordel pic.twitter.com/Ym3ojfRXoh

— fabricerestier ? (@fabricerestier) October 6, 2017

Malah, masih dilaporkan oleh The Local, beberapa toko sudah memasang papan pemberitahuan bahwa mentega mulai langka.

"Dikarenakan kekurangan bahan mentah pembuat mentega, maka saat ini mentega tidak bisa dijual di sini," demikian pemberitahuan dari toko tersebut.

Tidak hanya menyerang pelanggan toko. Kelangkaan mentega juga membuat industri kue dan roti terpukul karena harga bahan baku melonjak.

Harian The Local memberitakan, pada 2016, harga mentega adalah 2.500 euro (Rp 39,9 juta) per ton. Kini, harganya hampir menembus 7.000 euro (Rp 111 juta) per ton.

Direktur Federasi Perdagangan dan Distribusi Perancis (FCD) Hugues Beyler menyebut terdapat beberapa faktor yang menjadi penyebab kelangkaan ini.