Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Konsep Jihad Masuk Kurikulum Pendidikan di Turki, Orangtua Khawatir

Kompas.com - 18/09/2017, 21:14 WIB

ANKARA, KOMPAS.com - Konsep jihad resmi masuk ke kurikulum pendidikan di Turki seiring dengan pemberlakuan tahun ajaran baru 2017-2018 yang dimulai pada Senin (18/9/2017).

Keputusan untuk memasukkan jihad ke kurikulum diputuskan oleh pemerintahan Presiden Recep Tayyip Erdogan, Juli lalu, dengan pertimbangan pemerintah “ingin meluruskan makna jihad yang telah mengalami pergeseran”.

"Menjadi kewajiban kita untuk membetulkan (jihad) yang sering disalahartikan. Itulah sebabnya pendidikan agama memasukkan pelajaran tentang jihad," kata Ismet Yilmaz, Menteri Pendidikan Turki kepada para wartawan saat mengumumkan konten kurikulum yang baru.

"Arti jihad yang sebenarnya adalah mencintai negara," tambahnya, seperti dilaporkan BBC, Senin (18/9/2017).

Baca: Wali Kota Risma Pun Bicara Soal Jihad

Yilmaz mengatakan, banyak orang yang mengartikan jihad hanya sebagai “seruan berperang”.

Dengan mengutip Hadits, Yilmaz mengatakan, Nabi Muhammad SAW pernah mengatakan saat baru saja menyelesaikan pertempuran:  umat Islam kembali dari jihad kecil ke jihad yang lebih besar.

"Apa itu jihad besar? Yaitu melakukan sesuatu untuk negara, berbuat untuk rakyat, meningkatkan kesejahteraan, memastikan ketertiban masyarakat. dan memenuhi apa keperluan orang banyak," kata dia.

Khawatir

Beberapa kalangan mengatakan kekhawatiran mereka dengan langkah pemerintah memasukkan pembahasan konsep jihad ke ruang kelas.

Baca: Salim Pamit ke Orangtua Ingin Jihad dengan ISIS di Suriah

Orhan Yildirim, pengurus salah satu serikat guru terbesar di Turki mengatakan, "Coba tanya orang-orang yang ada di masjid, apa pandangan mereka tentang jihad? Sembilan puluh sembilan persen akan mengatakan, jihad adalah penyebab utama perang di Timur Tengah."

"Kami takkan membiarkan pemerintah menormalkan konsep jihad," kata Yildirim kepada BBC Turki.

Beberapa orangtua juga mengatakan khawatir dengan masuknya konten jihad. Salah seorang di antaranya mengatakan “terlalu banyak konten agama di pendidikan”.

"Murid berusia sembilan dan 10 tahun diminta menghafal doa yang ada di dalam Al Quran. Menurut saya pelajaran agama mestinya diberikan di rumah, bukan di sekolah," katanya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com