KOMPAS.com - Seberapa realistis bagi Amerika Serikat untuk memutus hubungan dagang dengan semua negara yang berbisnis dengan Korea Utara?
Inilah ancaman Presiden AS Donald Trump di Twitter menyusul uji coba nuklir Korut ke enam yang baru lalu.
Sebuah uji coba terbesar sampai saat ini, dan yang diklaim sebagai uji coba bom hidrogen yang sukses.
Baca: Korut Umumkan Kesuksesan Uji Coba Bom Hidrogen Berdaya 100 Kiloton
Komunitas internasional telah mencoba segala hal, kecuali tindakan militer untuk menghentikan Korut.
Namun tidak ada satu pun upaya, baik sanksi, isolasi, atau bahkan ancaman pemusnahan yang dapat mengurangi ambisi nuklirnya.
Jadi sekarang, lebih dari hanya sekadar menghukum Korut, Presiden Trump pun berniat, akan menghukum semua negara yang masih berbisnis dengan Korut dengan menghentikan perdagangan AS dengan negara-negara tersebut.
Baca: Trump Ancam Putuskan Hubungan dengan Mitra Dagang Korut
Untuk melihat seberapa realistis tindakan itu -pertama-tama harus melihat negara-negara mana yang memiliki hubungan bisnis dengan Korut.
Rekan dagang Korea Utara
Menurut Badan Perdagangan Investasi dan Promosi Korea, KOTRA, ada sekitar 80 negara yang berdagang dengan Pyongyang pada 2016 termasuk:
Antara lain, China, Rusia, India, Pakistan, Singapura, Jerman, Portugal, Perancis, Thailand, dan Filipina.
Baca: China Kritik Ancaman Sanksi Dagang Trump Terkait Korut
Total perdagangan Korut dengan semua negara dalam daftar tersebut bernilai $6,5 miliar dollar AS atau sekitar Rp 87,7 triliun.
Angka itu tumbuh sekitar lima persen per tahun. Memang, nilai perdagangan bagi sebagian negara-negara itu tergolong kecil dan nilainya menurun. Namun, ada beberapa temuan yang menarik.