GUATEMALA CITY, KOMPAS.com - Dua tahun lalu Jimmy Morales dieluk-elukan oleh rakyat Guatemala sebagai sosok baru yang bersih ketika dia terpilih sebagai presiden.
Ketika itu tidak ada yang menyangka bahwa Morales yang merupakan mantan pelawak itu menang telak walau tidak mempunyai pengalaman politik.
Kemenangan ketika itu menjadi perjalanan yang luar biasa bagi Morales, yang memulai kampanye hanya dengan 0,5 persen dukungan.
Dengan menggunakan statusnya sebagai "orang luar" politik dan janji pemerintah yang bersih antikorupsi , ia mencuat dalam jajak-jajak pendapat sejak penyelidikan penipuan bea cukai jutaan dollar AS yang melibatkan pendahulunya mantan Presiden Otto Perez hingga akhirnya terpilih.
Namun situasi berubah hanya 20 bulan setelah dia dilantik. Seperti dilaporkan The Guardian, Minggu (27/8/2017), kepresidenan Morales berada di ujung tanduk.
Baca: Seorang Pelawak Diperkirakan Menang Pilpres di Guatemala
Adapun krisis politik dimulai setelah presiden berusia 48 itu mengusir Ivan Velasquez, Ketua Komisi Antikorupsi PBB (CIGIG) yang sedang menyelidiki skandal korupsi yang mulai menyeret Morales.
CIGIG dilaporkan sedang menginvestigasi dugaan dana ilegal pendanaan kampanye kepresidenan Morales.
Morales menolak untuk memberi penjelasan terkait dana kampanye sebesar lebih dari 800 ribu dollar dan juga diduga memiliki rekening tersembunyi untuk partai politiknya Velasquez.
Jaksa Agung Thelma Aldana telah memerintahkan pengadilan untuk mencabut kekebalan hukum atau hak imunitas Morales.
Pencabutan itu diperlukan agar komisi anti korupsi itu dapat segera mendakwa Morales atas tuduhan korupsi.
Pengadilan dijadwalkan akan memutuskan mengenai hak imunitas itu hari ini.
Jika resmi didakwa maka Kongres Guatemala dapat segera menginisiasi proses pemakzulan dan Morales dapat ditahan dalam hitungan hari.
Baca: Pelawak Terpilih Jadi Presiden Guatemala
Namun upaya Morales telah digagalkan oleh Mahkamah Konstitusi Guatemala yang menyebut pengusiran itu tidak sah.