Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Komandan ISIS, Dalang di Balik Plot Serangan Pesawat di Australia

Kompas.com - 04/08/2017, 08:50 WIB

SYDNEY, KOMPAS.com - Komandan senior kelompok teroris Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS) diketahui menjadi tokoh yang mengarahkan sekelompok pria Australia untuk menyiapkan bom.

Bom tersebut dirancang untuk menyasar penerbangan Etihad Airways dari Sydney, dengan diikuti rencana darurat berupa peledakan gas beracun.

Baca: Australia Gagalkan Upaya Teroris Ledakkan Sebuah Pesawat

Alat peledak direncanakan untuk disusupkan ke dalam layanan penerbangan pada 15 Juli lalu.

Beruntung, usaha tersebut gagal. Sejauh ini sudah ada dua pelaku yang mendapat dakwaan, dan pelaku ketiga masih di diinterogasi.

"Dukungan ini berasal dari seorang anggota senior ISIS," kata Komisioner Polisi Federal Australia Michael Phelan.

Seperti diberitakan AFP, kalimat Phelan itu merujuk kepada peran komandan yang berbasis di luar negeri.

Polisi juga menggagalkan rencana kedua yang melibatkan perangkat dispersi kimia, yang dirancang untuk melepaskan hidrogen sulfida.

Hidrogen sulfida sangat beracun, dan dapat berakibat fatal bagi orang yang terpapar.

"Kami tidak hanya menghentikan bom rakitan yang akan dimasukkan ke pesawat, tapi kami juga mencegah perangkat dispersi kimia," kata Phelan.

Rencana kedua itu diskenariokan terjadi saat rencana pertama gagal, dan tidak harus ditargetkan terhadap pesawat terbang.

"Mereka berbicara tentang ruang tertutup yang padat, Anda tahu, transportasi umum yang potensial, dan seterusnya," kata Phelan.

Komunikasi dengan ISIS diketahui terjadi pada bulan April, saat ada kelompok yang mengirim komponen melalui kargo internasional dari Turki kepada orang-orang tersebut.

Mereka kemudian mengarahkan para pelaku di Australia untuk membangun bom dengan bahan peledak kelas tinggi, yang akan menyebabkan kerusakan yang signifikan.

"Dengan bantuan dari komandan ISIS, terdakwa mengumpulkan bom rakitan ke dalam apa yang kami yakini sebagai fungsi bom untuk ditempatkan pada penerbangan itu," kata Phelan.

"Ada sedikit dugaan mengapa hal itu tidak berlanjut, yakni tidak lolos dari check-in," sambung dia.

Polisi sedang memperdalam teori bahwa rencana itu dibatalkan karena perangkat - yang dilaporkan sebagai penggiling daging - terlalu berat sebagai koper di kabin. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com