Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Turki Tuding Perusahaan Jerman Dukung Gerakan Teror

Kompas.com - 21/07/2017, 06:36 WIB

ANKARA, KOMPAS.com – Bergeser dari sosok ulama ternama Fethullah Gulen, pemerintah Turki kini menuduh beberapa perusahaan Jerman mendalangi kudeta gagal pada Juli 2016.

Pemerintahan Presiden Recep Tayyip Erdogan mengirim daftar puluhan perusahaan Jerman yang dituding mendukung kudeta gagal ke polisi federal Jerman.

Di antaranya terdapat raksasa industri Daimler dan BASF, demikian dilaporkan oleh media Jerman, Deutsche Welle, Kamis (20/7/2017).

Ankara menuding 68 perusahaan Jerman dan individu mendukung aksi teror di Turki.

Sumber di kepolisian federal yang menerima daftar itu, menyebutkan daftarnya seperti "lelucon", demikian laporan harian di Zeit.

Baca: Dingin dengan Turki, Jerman Akan Pindahkan Pasukannya ke Jordania

Selama ini pemerintah Turki di bawah kepemimpinan Erdogan menuduh Gulen dan pendukungnya sebagai pelaku kudeta yang gagal tahun lalu.

Akibat aksi kekerasan itu, sedikitnya 250 warga sipil tewas. Erdogan mengumkan “Gerakan Gulen” sebagai organisasi terlarang dan mencapnya sebagai faksi teroris yang merongrong negara.

Daimler dan BASF

Dalam daftar yang dikirimkan ke polisi federal Jerman baru-baru ini, Ankara memasukkan nama produsen otomotif Daimler dan industri kimia BASF sebagai pendukung gerakan teror.

Selain itu dalam daftar tercantum nama restoran cepat saji Turki dan toko makanan yang buka hingga tengah malam.

Erdogan mengatakan kepada Die Zeit awal bulan ini, pemerintahannya mengirim 4.500 dokumen tentang simpatisan gerakan Gulen di Jerman. Ia menuntut ekstradisi orang-orang ini ke Turki.

Baca: Jerman kepada Turki: Kami Toleran, tetapi Tidak Bodoh

Pejabat pemerintah Jerman menyebut tuntutan dan daftar nama yang dikirim Turki, sebagai absurd dan menggelikan.

Travel Warning

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com