Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Pemerkosaan Berkelompok dan Pembunuhan Warga Rohingya

Kompas.com - 19/07/2017, 11:32 WIB

KOMPAS.com - SAAT wartawan asing melewati sebuah jembatan bambu, seorang wanita muda Rohingya berpakaian hitam dan berpayung hitam, mengangkat tangannya dengan ragu-ragu.

Sikapnya menunjukkan dia berada dalam keadaan kosong dan ketakutan. Namun, gadis itu tampaknya ingin mengatakan sesuatu kepada rombongan wartawan asing.

Sebuah laporan mengatakan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) secara sistematis terhadap warga Muslim Rohingya di Rakhine, Myanmar, termasuk dalam kategori genosida.

"Rakhinese datang dan mengarahkan senapan ke dahiku. Mereka memegang tanganku dengan kuat dan melakukan apa yang mereka inginkan dariku," katanya.

"Kemudian saya disuruh kembali. Tapi tidak saya lakukan. Saya duduk di sana, lalu mereka mulai memukul dan mereka melepaskan pakaian saya," kata remaja tersebut.

Baca: Amnesti: Militer Myanmar Lakukan Kejahatan Kemanusiaan

"Mereka memukuli saya terlalu banyak dan melakukan apa yang mereka inginkan. Militer melakukan semua ini," ucap gadis berusia 18 tahun itu.

Pemerintah Myanmar mengorganisir kunjungan wartawan asing ke negara bagian Rakhine utara, di sebelah barat Myanmar.

Wilayah tersebut telah terlarang sejak militan menyerang beberapa pos polisi pada Oktober 2016, menewaskan sembilan polisi dan mencuri puluhan senjata.

Hal itu memicu pembalasan dari pasukan keamanan terhadap etnis Rohingya sampai Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebutnya sebagai "kemungkinan pembersihan etnis".

Beberapa dari 70.000 warga Rohingya yang melarikan diri ke negara tetangga Banglades menceritakan kekejaman tentara.

Kota Maundaw merupakan lokasi terjadinya kekerasan terburuk tahun lalu yang diduga dilakukan oleh tentara dan polisi.

Baca: "Pengungsi Rohingya Pilih Mati di Myanmar, daripada Ditelan Banjir

Bila memungkinkan, wartawan mendesak para polisi bersenjata berat yang mengawal kami tinggal di belakang saat para wartawan melakukan wawancara.

Sittwe, ibu kota negara bagian Rakhine, Myanmar. Google Sittwe, ibu kota negara bagian Rakhine, Myanmar.
"Mereka datang ke desa ini dan membakar ayah saya (hidup-hidup) di dalam rumah dan memenjarakan ibu saya (ketika dia mengajukan keluhan)," kata seorang wanita, yang tidak disebutkan namanya.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com